SELAMAT DATANG DI BLOG SASITO. BLOG YANG MENYAJIKAN CARA MEMBUAT DAN MEMODIFIKASI BLOG
INGATLAH !! PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH HARI INI AKAN MEMPUNYAI MANFAAT YANG BESAR DI SUATU HARI NANTI.

Kesehatan Produksi

  1. HUBUNGAN KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN MENSTRUASI AKSEPTOR

  2. BAB I 
    PENDAHULUAN 
    1.1. Latar Belakang Masalah
    Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi yang antara lain yaitu KB Suntik Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 4.000.000 orang. Di Amerika Serikat jumlah pengguna kontrasepsi suntik sebanyak 30%. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pemakai kontrasepsi jenis injeksi dari 11,7% pada tahun 2008 , tahun 2009 diperoleh 15,2%, dan tahun 2010 sebanyak 21,1%, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi 27,8%. Metode kontrasepsi jenis injeksi merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan di Indonesia (Surbakti, 2007). Di Jakarta, para akseptor KB aktif sekitar 85,5% dimana diantaranya 40,69% pengguna kontrasepsi suntik sedangkan di Propinsi Sumatara Utara pencapaian tersebut didapatkan penggunaan suntik 417.856 peserta atau sekitar 30,86% (BKKBN, 2009).
    Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan terhadap akseptor KB suntik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik adalah terjadinya gangguan menstruasi, kenaikan berat badan dan peningkatan tekanan darah (Eiska, 2007). Mengingat metode kontrasepsi suntik merupakan salah satu cara KB yang efektif, terpilih dan banyak jumlah penggunanya, namun masih banyak juga didapatkan akseptor kontrasepasi suntik yang mengalami efek samping sehingga para akseptor mengalami kecemasan yang berlebihan, sehingga sebaiknya sebelum menggunakan kontrasepsi suntik satu bulan, akseptor harus mengetahui dan memahami tentang efek samping yang ditimbulkan sehingga tidak mengalami drop out bagi akseptor kontrasepsi suntik. 
    Menurut Riyanti Januani Anggia (2012), kontrasepsi hormonal yang banyak diminati oleh responden adalah KB suntik satu bulan dengan 57,7% sementara KB suntik tiga bulan hanya 37,6% dan pil 4,7%. Lama pemakaian kontrasepsi yang digunakan akseptor adalah 0-12 bulan diperoleh 44,7% dan akseptor yang menggunakan KB suntik lebih dari 12 bulan sebanyak 55,3%. Gangguan menstruasi yang dialami responden sebelum pemakaian kontrasepsi , setelah dan pada saat berlangsung adalah ganggugan pola menstruasi diperoleh 36,5%, ganggugan lama menstruasi sebesar 35,3% dan gangguan siklus menstruasi sebanyak 45,9%.
    Hasil penelitian Lia Ayu Yuliani (2004) menunjukkan bahwa 77 akseptor mengalami gangguan menstruasi berupa : amenorrhoea 43 kasus, menorrhagia 12 kasus, metrorrhagia 6 kasus dan spotting 15 kasus sementara 1 akseptor tidak mengalami gangguan menstruasi.Semua metode kontrasepsi mempunyai efek samping, bukan gejala suatu penyakit sehingga harus diketahui oleh akseptor sebelum memakainya. Sebagian besar para pasangan usia subur di Indonesia menggunakan kontrasepsi suntik (Suzzane, 2009) sementara hasil penelitian Lilis Sumardiani yang dilakukan di Klinik Maria Delitua terhadap 30 responden terjadi perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA yaitu : 22 orang responden tidak mengalami haid, 4 orang yang mengalami bercak-bercak/ spotting, 4 orang yang mengalami pendarahan diluar siklus. 
    Efek samping dari pemakaian DMPA sesuai dengan seperti yang digambarkan pada tinjauan teoritis yaitu: Gangguan pola haid, mual, sakit kepala, penambahan berat (Lilis Sumardiani, 2010).
    Menurut penelitian Indriani (2010) di Desa Ploso Buden Kecamatan Deket, dari 10 akseptor kontrasepsi suntik didapatkan yang mengalami efek samping dari pemakaian kontrasepsi suntik diantaranya 5 orang yang mengalami amenorea, 3 orang yang mengalami spotting, dan 2 orang yang mengalami peningkatan berat badan dan dari akseptor kontrasepsi suntik yang mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu amenore dan spotting 6 orang yang mempermasalahkan perubahan siklus menstruasinya, sedangkan 2 orang tidak mempermasalahkan perubahan tersebut. Dari data di atas dapat diketahui sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik yang mempermasalahkan perubahan siklus menstruasi amenorea dan spotting.
    Kontrasepsi suntik mempunyai keuntungan dan efek samping. Keuntungan kontrasepsi suntik secara umum yaitu mempunyai efektivitas yang tinggi selama tahun pertama penggunaan. Keuntungan kontrasepsi suntik 1 bulan antara lain mempunyai efek kontrasepsi jangka panjang, mengurangi jumlah pendarahan haid, mengurangi nyeri haid dan tidak mengganggu hubungan suami istri. Keuntungan suntik 3 bulan antara lain mempunyai efek kontrasepsi jangka panjang, mengurangi jumlah pendarahan haid, mengurangi nyeri haid, tidak mengganggu hubungan suami istri dan tidak mempengaruhi produksi ASI. Kontrasepsi suntik mempunyai beberapa efek samping diantaranya perubahan pola menstruasi, mual, pusing dan nyeri payudara ringan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan akseptor kontrasepsi suntik berupa perubahan pola menstruasi. Secara umum siklus menstruasi akseptor bisa memendek atau memanjang, pendarahan yang lebih banyak atau sedikit, pendarahan yang tidak teratur atau pendarahan bercak bahkan tidak menstruasi sama sekali (Saifudin, 2006). 
    Secara teori akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dapat mengalami pola menstruasi yang normal dan sebagian dapat mengalami perubahan pola menstruasi. Akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan dapat mengalami gangguan pola menstruasi, seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, pendarahan yang banyak atau sedikit, pendarahan tidak teratur atau pendarahan bercak bahkan tidak menstruasi sama sekali (amenorhoe) (Saifudin, 2006).
    Uraian di atas di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Nur Mas’adah (2010) bahwa ada hubungan pola menstruasi dengan jenis kontrasepsi suntik yang dipakai. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola menstruasi pada akseptor suntik 1 bulan cenderung normal, sedangkan pola menstruasi pada akseptor suntik 3 bulan cenderung mengalami gangguan menstruasi. Dari uraian tersebut, maka perbedaan dari KB suntik 1 bulan dengan KB suntik 3 bulan adalah pemakaian KB suntik 1 bulan tidak selalu mengalami perubahan menstruasi sementara KB suntik 3 bulan dapat mengalami perubahan pola menstruasi.
    Di Kabupaten Asahan, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2011 jumlah PUS sekitar 193.584. Dari jumlah tersebut, 62,3% merupakan akseptor aktif . Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah pil, suntik dan IUD. Peran serta Masyarakat dalam Keluarga Berencana di Kabupaten Asahan setiap tahunnya meningkat dan hal ini sangat membantu program pemerintah dalam penekanan jumlah penduduk serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung hubungan KB suntik dengan perubahan menstruasi akseptor di Desa Hutarao Dusun III Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan.
    1.2. Rumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan KB suntik dengan perubahan menstruasi akseptor di Desa Hutarao Dusun III Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan
    1.3. Tujuan Penelitian
    1.3.1. Tujuan Umum
    Untuk mengetahui hubungan KB suntik dengan perubahan menstruasi akseptor di Desa Hutarao Dusun III Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan.
    1.3.2. Tujuan Khusus
    Untuk mengetahui hubungan KB suntik 1 bulan dengan perubahan menstruasi akseptor di Desa Hutarao Dusun III Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan
    1.4. Manfaat Penelitian
    1. Bagi Institusi Pendidikan
    Sebagai referensi dan informasi untuk melakukan pendalaman ilmu pengetahuan tentang KB suntik.
     2. Bagi Perkembangan IPTEK
    Sebagai informasi, wawasan dan masukan untuk pengembangan penelitian tentang KB suntik. SELANJUTNYA (Klik)

  3. PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KESEHATAN FISIK PADA LANSIA
  4. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN 10T PADA IBU HAMIL
     
Bila ada yang ingin bahan sebagai referensi dalam penulisan skripsi dapat menghubungi saya melalui nomor HP : 0812-6372-3971

0 komentar:

Posting Komentar