Belajar Membuat Dan Memodifikasi Blog

Karya Terbesar Seseorang Adalah Dapat Mengetahui Sesuatu Yang Tidak Diketahui Orang Lain.

Pengetahuan Itu Baik Adanya

Setiap Pengetahuan Yang Kita Peroleh Akan Sangat Bermanfaat Di Suatu Hari Nanti Dan Dapat Menghasilkan Uang.

Karya Penegak Hukum Sesungguhnya

Hukum Hanya Dapat Berjalan Sebagaimana Mestinya Bila Penegak Hukum Tersebut Memiliki Hati Nurani.

Penegakkan Hukum

Hukum dan Kebenaran Hasus Ditegakkan Oleh Penegak Hukum

Hukum Panglima Tertinggi.

Bagaimanapun Seseorang Susah Mencari Dan Memperoleh Keadilan, Akan Tetapi Pada Akhirnya Diperoleh Kemenangan.

SELAMAT DATANG DI BLOG SASITO. BLOG YANG MENYAJIKAN CARA MEMBUAT DAN MEMODIFIKASI BLOG
INGATLAH !! PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH HARI INI AKAN MEMPUNYAI MANFAAT YANG BESAR DI SUATU HARI NANTI.

Jumat, 03 Februari 2017

Skala Pengukuran Statistik

Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).
Ada 4 (empat) tipe skala pengukuran statistik di dalam suatu penelitian yaitu :
  1. Skala nominal
  2. Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai simbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase.
    Sebagai contoh kita mengklasifikasi variabel jenis kelamin menjadi : laki-laki yang diberi simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya karaktersitik tertentu.
    Contoh : Jawaban pertanyaan berupa dua pilihan “ya” dan “tidak” yang bersifat kategorikal dapat diberi simbol angka-angka sebagai berikut : jawaban “ya” diberi angka 1 dan "tidak" diberi angka 2.
  3. Skala ordinal
  4. Skala ranking dimana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu objek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya. Contoh: Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi simbol / skor angka 1, 2, 3, 4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat yang tidak mengekspresikan jumlah. Setiap  instrumen penelitian (kuesioner) dalam skala ini dapat digunakan 2 (dua)  model pertanyaan / pernyataan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Bila pernyataan negatif dari item instrumen dengan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, netral diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1 dan sebaliknya bila pernyataan negatif dengan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 5, tidak setuju diberi skor 4, netral diberi skor 3, setuju diberi skor 2 dan sangat setuju diberi skor 1. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat yang tidak mengekspresikan jumlah.
    Pertanyaan / Pernyataan
    Positif (Favourable)
    Negatif (Unfavourable)
    Sangat Setuju
    5
    1
    Setuju
    4
    2
    Netral
    3
    3
    Tidak Setuju
    2
    4
    Sangat Tidak Setuju
    1
    5
  5. Skala interval
  6. Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau objek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang digunakan dapat dipergunakan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik. Contoh : Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya : Berapa kali kita melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban : 1 kali, 3 kali dan 5 kali. Maka angka-angka 1, 3 dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2.
  7. Skala rasio
  8. Skala pengukuran yang paling tinggi dimana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau objek tertentu dengan lainnya. Contoh: Berat Tuti 40 Kg sedang berat Siti 80 Kg. Maka berat Tuti dibanding dengan berat Siti sama dengan 1 berbanding 2.
Sementara itu dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen penelitian, maka kita mengenal berbagai bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan, yaitu :
  1. Skala Likert
  2. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negative yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap. Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju (STS), 2 untuk tidak setuju (TS), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk setuju (S), dan 5 untuk sangat setuju (SS). Skor pernyataan negatif dimulai dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk tidak setuju (TS), dan 5 untuk sangat tidak setuju (STS). Beberapa peneliti menghilangkan option “Ragu-ragu” dalam instrumen penelitian untuk memudahkan peneliti melihat sikap siswa sesungguhnya sesuai angket yang responden isikan.
  3. Skala Guttman
  4. Yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah, ya - tidak, pernah - tidak pernah, positif - negatif, tinggi - rendah, baik - buruk dan seterusnya. Pada skala Guttman, hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti salah, tidak, rendah, buruk dan semacamnya diberi skor 0.
  5. Semantik Differensial
  6. Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Berikut contoh penggunaan skala semantic differential mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah.
    "Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah"
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEief_DtFnbW5FzsvoMYXIljIv4xgRmfTbbZ9NjeZcP5CCeNtuMvX_IN36oObXnKjIFIel4F4v8fND5Vdx64nw64eDL0ccF006RNpa7gcB8NPWHnboydQwVxnaG283q6qJFl7dYtKPTYc_xx/s1600/contoh+bentuk+skala+sematik+diferensial.JPG
    Responden yang memberi penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat positif; sedangkan responden yang memberikan penilaian angka 1 persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat negatif.
  7. Rating Scale
  8. Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 3.
  9. Skala Thurstone
  10. Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur. Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini. Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Dafar Pustaka
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung : Alfabeta