Belajar Membuat Dan Memodifikasi Blog

Karya Terbesar Seseorang Adalah Dapat Mengetahui Sesuatu Yang Tidak Diketahui Orang Lain.

Pengetahuan Itu Baik Adanya

Setiap Pengetahuan Yang Kita Peroleh Akan Sangat Bermanfaat Di Suatu Hari Nanti Dan Dapat Menghasilkan Uang.

Karya Penegak Hukum Sesungguhnya

Hukum Hanya Dapat Berjalan Sebagaimana Mestinya Bila Penegak Hukum Tersebut Memiliki Hati Nurani.

Penegakkan Hukum

Hukum dan Kebenaran Hasus Ditegakkan Oleh Penegak Hukum

Hukum Panglima Tertinggi.

Bagaimanapun Seseorang Susah Mencari Dan Memperoleh Keadilan, Akan Tetapi Pada Akhirnya Diperoleh Kemenangan.

SELAMAT DATANG DI BLOG SASITO. BLOG YANG MENYAJIKAN CARA MEMBUAT DAN MEMODIFIKASI BLOG
INGATLAH !! PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH HARI INI AKAN MEMPUNYAI MANFAAT YANG BESAR DI SUATU HARI NANTI.

Selasa, 19 Juli 2016

Jurnal Tesis Psikologi Pendidikan


HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA DAN MINAT BELAJAR DENGAN DISIPLIN

BELAJAR


Senin, 18 Juli 2016

Tesis Psikologi

BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Hakikat Disiplin Belajar
2.1.1.   Pengertian Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi
            Menurut Rochim (2009), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkain perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan pada Tuhan, keteraturan dan ketertiban dalam memperoleh ilmu. Sedangkan menurut Arikunto (2007), disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib di dorong oleh adanya kesadarannya yang ada pada kata hatinya.
            Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya  adalah latihan  ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan  yang berlaku dengan penuh tanggung-jawab tanpa paksaan dari siapapun (Mas’udi, 2000).
            Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berperilaku tertib dan efisien” (Kadir, 1994), sedangkan disiplin menurut Djamarah (2002) adalah “suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok”.
          Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
1.   Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahun, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2.   Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3.   Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (Sagala, 2007).
          Pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2010) yakni “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa “agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan”. Sedangkan Witherington (dalam Purwanto, 2007) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu perintah”.
      Sementara itu Nuryanto (1987) menyatakan bahwa “disiplin belajar adalah predis posisi (kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung-jawab terhadap tugas dan kewajiban”. Sedangkan menurut Arikunto (2007) mengartikan disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib di dorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
       Jika dimengerti tentang disiplin tersebut menyebabkan orang menjadi tertekan, beku tidak mempunyai insiatif dan menimbulkan efek yang negatif, bagi perkembangan jiwa anak. Bahkan ada yang menganggap bahwa disiplin belajar sebagai suatu proses dan latihan belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan, seseorang telah dikatakan berhasil mempelajari atau ia berhasil mengikuti dengan sendirinya proses disiplin tersebut.
        Maman Rachman (1998) mengemukakan bahwa disiplin pada hakikatnya adalah “pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menuaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan”. Hal ini sejalan dengan pendapat Anoraga (2006) disiplin adalah “suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang penting yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan”.
        Di sisi lain, mikrobiologi merupakan salah satu mata kuliah yang di pelajari di berbagai akademi farmasi dengan bobot 3 SKS yang membahas prinsip-prinsip mikrobiologi, pengamatan mikroba, metabolisme, nutrisi dan media, pertumbuhan, pengendalian pertumbuhan, genetika mikroba, Prokaryota, Eukaryota dan virus, mikrobiologi lingkungan dan mikrobiologi industri. Standar kompetensinya adalah setelah mahasiswa mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan peranan mikroorganisme dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi adalah suatu sikap, perbuatan atau kepatuhan seseorang dengan penuh kesadaran dalam setiap kegiatan belajar untuk mentaati tata-tertib atau peraturan-peraturan yang berlaku dengan dilandasi penuh tanggung-jawab agar tercipta proses belajar yang baik pada mata kuliah mikrobiologi.
2.1.2.    Indikator Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi
Untuk mengukur tingkat disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi diperlukan indikator-indikator mengenai disiplin belajar tersebut. Hurlock (1999) berpendapat bahwa indikator disiplin belajar meliputi :
1.    Mempunyai rencana atau jadwal belajar
2.    Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung
3.    Ketaatan dan keteraturan dalam belajar
4.    Perhatian terhadap materi pelajaran
Sementara itu Moenir (2010) mengemukakan bahwa indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu :
1.    Disiplin waktu, meliputi :
a)  Tepat waktu dalam belajar, mencakup datan dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai di rumah dan di sekolah tepat waktu.
b)   Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran
c)    Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
2.    Disiplin perbuatan, meliputi :
a)   Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku
b)   Tidak malas belajar
c)   Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
d)   Tidak suka berbohong
e)   Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa indikator disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi terdiri dari disiplin waktu yang meliputi tepat  waktu dalam belajar, menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan sebagainya serta disiplin perbuatan yang meliputi aspek kepribadiannya seperti tidak malas dan sebagainya.
2.13.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi
         Slameto (2010) mengemukakan bahwa “agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan”. Keaktifan siswa dalam belajar adalah manifestasi dari persepsi positif siswa, sehingga keaktifan merupakan faktor utama agar pembelajaran berhasil dan prestasi belajar siswa meningkat. Di dalam kedisiplinan terhadap belajar, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari pendapat Slameto tersebut dapat diartikan bahwa disiplin turut berpengaruh terhadap prestasi belajar sehingga bila siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar, maka akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pula demikian sebaliknya bila siswa tidak memiliki disiplin belajar yang tinggi maka prestasi belajarnapun akan rendah.
        Pendapat Suryabrata (2011) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
1.    Faktor ekstrinsik, terdiri dari :
a)    Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar.
b)    Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
2.    Faktor intrinsik, terdiri dari “
a)    Faktro psikologi, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi dan kemampuan kognitif.
b)   Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang di derita.
Sementara pendapat lain sebagaimana Slameto (2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1.    Faktor intern, terdiri dari :
a)    Faktor jasmaniah yang meliputi : kesehatan, cacat tubuh
b)  Faktor psikologi yang meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.
2.    Faktor ekstern terdiri dari :
a)    Faktor keluarga yang meliputi : cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga,           suasana  rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan.
b)   Faktor sekolah yang meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
3.    Faktor masyarakat, terdiri dari : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Menurut Gunarsa (1986) bahwa “proses disiplin belajar di lalui seseorang melalui tahapan latihan atau belajar. Disiplin belajar awalnya memang berat tapi bila kita sudah berhasil mempelajari atau berlatih, kita akan dapat mengikuti dengan sendirinya tanpa merasa tertekan”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi adalah faktor intern yang meliputi jasmaniah, psikologis, kelelahan dan faktor ekstern yang meliputi keluarga, sekolah.
2.1.4.    Fungsi Dan Tujuan Disiplin Belajar
Fungsi utama disiplin belajar adalah mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mentaati peraturan berkaitan dengan hal tersebut di atas menerangkan sebagai berikut :
1)    Menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenal hak milik orang lain.
2)  Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan merasa mengerti larangan-larangan
3)   Mengerti tingkah laku yang baik dan tidak baik
4)   Belajar mengendalikan diri, keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman.
5)    Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain (Singgih, 1987).
Lebih lanjut Gunarsa (1987) berpendapat bahwa tujuan dari kedisiplinan belajar adalah sebagai berikut :
1)    Dengan kedisiplinan belajar anak mampu menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial
2)   Dengan adanya kedisiplinan anak mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban belajarnya dan merasa mengerti larangan-larangan.
3)    Kedisiplinan belajar mengarahkan anak pada tingkah laku yang baik.
4)   Dengan kedisiplinan belajar, anak mampu mengendalikan diri dalam belajar, kesadaran dalam belajar tanpa menunggu perintah atau takut mendapat hukuman dari orangtua karena melalaikan belajar.
5)   Kedisiplinan belajar membuat anak menjadi teratur dan sadar menjalankan kewajibannya untuk belajar tanpa peringatan dari orang lain.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan fungsi dan tujuan disiplin belajar adalah mengjar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mentaati peraturan untuk menanamkan pendidikan kedisiplinan pada anak untuk menumbuhkan dan mengembangkan pengertian-pengertian yang berasal dari luar serta merupakan proses untuk melatih serta mengajarkan anak bersikap dan bertingkah laku sesuai harapan.
2.1.5.    Perkembangan Disiplin Belajar
Telah diketahui bahwa perkembangan disiplin belajar anak bukan merupakan sesuatu yang terjadi kebetulan melainkan membutuhkan waktu cukup lama untuk berkembang. Perkembangan disiplin belajar akan berjalan seiring melaksanakan tugasnya dan tanggungjawabnya sebagai mahasiswa sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.
Menurut Gunarsa (1987) mengungkapkan bahwa ada lima tahapan disiplin belajar, yaitu :
1)    Pada tahapan pertama disiplin belajar dimulai seseorang untuk menghindari hukuman.
2)  Pada perkembangan tahap kedua, disiplin belajar diwujudkan hanya untuk membuat atau mendapatkan imbalan
3)   Pada tahap ketiga, disiplin belajar dijalankan demi displin belajar atau aturan itu sendiri.
4)  Pada tahap keempat, disiplin belaja diterapkan berdasarkan kesadaran bahwa untuk hidup bermasyarakat perlu mengikuti peraturan yang dilandasi oleh kepentingan pribadi atau kepentingan perorangan.
5)   Pada tahap kelima, tahapan disiplin belajar ini dianggap tahapan yang paling tinggi atau sempurna diantara yang lain dimana sikap disiplin belajar sudah diwujudkan oleh kebutuhan informasi dari dalam diri sendiri,
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan perkembangan disiplin belajar adalah menghindari hukuman, membuat atau mendapatkan imbalan, kesadaran, kebutuhan informasi dari dalam diri sendiri.
2.2       Hakikat Persepsi
2.2.1    Pengertian Persepsi Mahasiswa
Menurut Winardi (2000), mengemukakan bahwa : “persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai fakta dan metode untuk mengornganisasikan stimulus yang mungkin kita hadapi di lingkungan kita”.
Sementara Rakhmat (2005) menyatkan bahwa “persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyampaikan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi terhadap objek yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi.
Menurut Kalangie, dkk (1994), reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus / rangsangan dapat terjadi dalam bentuk :
1.       Receiving/attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala / rangsangan.
2.      Responding / jawaban yaitu reaksi yang diberikan terhadap seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.
3.       Valuating/ penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhdap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.
4.     Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas nilai yang dimiliki termasuk tentang nilai dan organisasi sistem nilai.
5.    Karakteristik nilai/ internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
Menurut Stephen (2001), “persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar dapat memberikan makna pada lingkungan mereka. Persepsi orang timbul disebabkan oleh faktor yang mempengaruhinya, misalnya pengamatan terhadap suatu kejadian tertentu oleh alat indera”. Sedangkan menurut Walgito (2003), “persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu-individu melalui alat reseptornya”.
Widayatun  (2002)  menjelaskan  bahwa pertama terjadinya persepsi adalah   karena   adanya  objek  atau  stimulus  yang  merangsang  untuk ditangkap oleh panca indera lalu dibawa ke otak. Dari otak terjadi “kesan” atau jawaban (respone) yang dibalikkan ke indera kembali berupa “tanggapan berupa pengalaman hasil pengolahan otak. Proses terjadinya persepsi ini perlu perhatian (attention).
Padminingrum dan Widiyanti (2005) menyatakan bahwa “terbentuknya persepsi tidak lepas dari pengalamana dan pembelajaran masa lalu kit yang berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Faktor lain yang mempengaruhi proses terbentuknya persepsi seseorang yaitu umur, gender, agama, ekonomi dan sosial budaya”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa adalah proses mahasiswa mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar dapat memberikan makna pada lingkungan sekitarnya.
2.2.2.    Indikator Persepsi Mahasiswa
Walgito (1990) mengungkapkan bahwa persepsi memiliki indikator-indikator, yaitu :
1.       Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.
Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan pengecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama.
2.       Pengertian atau pemahaman
Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).
3.       Penilaian atau evaluasi
Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.
Menurut Walgito (2003), ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar individu dapat mengadakan persepsi, yaitu :
1.       Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera dan dapat datang dari dalam langsung mengenai syaraf penerima (sensorik) yang bekerja sebagai reseptor.
2.       Alat indera atau reseptor
Merupakan alat untuk menerima stimulus, selain itu harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh reseptor.
3.       Perhatian
Untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu pencapaian dalam mengadakan persepsi.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa indikator persepsi mahasiswa yaitu penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar, pengertian atau pemahaman, penilaian atau evaluasi pada diri mahasiswa.
2.2.3    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa
Menurut Robbins (2001) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah :
a.        Pihak pelaku persepsi (perceiver)
Seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi diantaranya adalah sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan
b.       Objek atau target yang dipersepsikan
Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran dan atribut-atribut dan lainnya dari target membentuk cara kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan target dengan luar belakangnya mempengaruhi persepsi.
c.        Situasi
Pentingnya bagi kita melihat konteks objek atau peristiwa, unsur-unsur lingkungana sekitar mempengaruhi persepsi kita. Situasi mempengaruhi persepsi kita. Waktu dimana suatu objek atau peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor situasional. Konteks objek atau peristiwa tersebut dapat berupa sikap keteraturan yang ditunjukkan dalam bentuk disiplin seseorang untuk mencapai sesuatu yang dipersepsikan.
      Selanjutnya Toha (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
1)     Faktor internal meliputi perasaan, sikap dan kepribadian individu yang sering dinyatakan dalam disiplin, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi.
2)    Faktor eksternal meliputi latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.
Berdasarkan pengertian dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa adalah pihak pelaku persepsi, objek atau target yang dipersepsikan, situasi.
2.2.4    Hubungan Persepsi Mahasiswa Dengan Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi

         Walgito (2002) berpendapat bahwa “persepsi merupakan faktor yang menentukan terbentuknya sikap atau perilaku individu. Tingkah laku dalam bentuk kedisiplinan dan penyesuaian diri ditentukan oleh faktor persepsi. Persepsi adalah tanggapan individu yang diawali oleh penginderaan, pengorganisasian, pengintegrasian dan penginterpretasian secara terpadu yang bersifa individual terhadap stimulus yang diterima oleh panca indera”. Tingkah laku dalam bentuk kedisiplinan dan penyesuaian diri tersebut dapat diartikan dalam kedisiplinan dan penyesuaian diri siswa dalam belajar agar siswa tersebut memperoleh hasil belajar yang diinginkan bersama.
            Lebih lanjut Ahmadi (1991) mengungkapkan bahwa “kemampuan manajemen kelas terhadap belajar akan membentuk persepsi siswa terhadap belajar sekaligus menumbuhkan pola dan sikap mereka terhadap belajar itu sendiri”. Sikap siswa tersebut dapat ditunjukkan melalui kedisiplinan dalam belajar. Bila persepsi siswa terhadap mata kuliah mikrobiologi tersebut negatif, maka dampak yang timbul dalam belajar tersebut menghasilkan disiplin belajar yang rendah. Hal ini senada dari pendapat Wijaya dan Rusyan (1994) yang menyatakan bahwa “disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam hati seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana telah ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku dalam keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan”.
          Persepsi dan belajar menurut Prawiradilaga (2004) menyatakan bahwa “proses belajar tanpa memperhatikan siapa yang belajar, materi, lokasi, jenjang pendidikan atau usia belajar selalu dipengaruhi oleh persepsi peserta didik. Persepsi memang jarang disinggung dalam tulisan terkait dalam proses belajar. Padahal cara berpikir, minat atau potensi dapat berkembang dengan baik jika seseorang memiliki persepsi yang memadai. Tujuan belajar sebenarnya adalah mengembangkan persepsi kemudian mewujudkannya menjadi kemampuan-kemampuan yang tercermin dalam cara berpikir (kognitif), bekerja motorik, serta bersikap”. Jadi persepsi seseorang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi inderanya yang disebabkan karena penerimaan informasi yang diperolehnya dari suatu objek yaitu disiplin belajar. Mahasiswa akan memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran terhadap objek yaitu disiplin belajar apabila memiliki persepsi yang baik pula pada disiplin belajar.
          Menurut Dworetzki (dalam Yatimah, sdkk, 2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “kualitas disiplin belajar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru mereka, banyak dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran siswa terhadap tugas-tugas dari guru mereka. Demikian kualitas kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru-guru mereka banyak dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap tugas-tugas tersebut. Persepsi merupakan kemampuan memahami objek di lingkungan individu atau sekolompok orang yang akhirnya akan menumbuhkan kesadaran pada diri individu atau kelompok orang itu untuk memaknai objek tersebut”.
         Hurlock (2008) menegaskan kembali akan pentingnya pemberian disiplin yang konsisten. Disiplin yang konsisten diberikan belum tentu menjadi hal yang menyenangkan bagi individu penerimanya. Persepsi dari individu tersebut akan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam penerimaan mahasiswa terhadap disiplin belajar. Hal ini dipertegas oleh Lindgren, dkk (1996) bahwa pendekatan kognitif menyatkan perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahaman mereka terhadap situasi yang dikaitkan dengan tujuan. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan.
2.3       Konsep Minat Belajar
2.3.1    Pengertian Minat Belajar
        Minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan belajar mahasiswa. Mahasiswa yang menaruh minat pada suatu bidang tertentu, maka akan berusaha lebih keras dalam menekuni bidang tersebut dibanding mahasiswa yang tidak menaruh minat.
          Djamarah (2008) mengemukakan bahwa “minat belajar adalah sesuatu penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar. Seseorang yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu”. Sementara itu Syah (2006) menyatakan bahwa minat belajar adalah “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai”. Pendapat Sabri (1995) mengungkapkan bahwa “minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaaan senag, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu”.
        Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan yang mengarhkan seseorang terhadap bidang-bidang yang ia sukai dan ditekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, kedisiplinan, apresiasi, logika berpikir, komunikasi dan kretivitas.
2.3.2    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
            Gunarsa (1980) mengatakan bahwa “minat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor dari dalam (intern) seperti rasa senang/tertarik (gembira, semangat), perhatian (ketertarikan, intensitas frekuensi dan persepsi (kesan positif, pemahaman)
2.   Faktor dari luar (ekstern) lingkungan (masyarakat, keluarga, sekolah) dan sistem pengajaran (materi pembelajaran, metode).
Menurut Slameto (2003) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam belajar seorang siswa yaitu :
1.    Faktor intern yang meliputi :
a)    Faktor jasmani, yaitu :
1)    Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatan orang tersebut terganggu, selain itu juga cepat lelah, tidak bersemangat dan sebagainya. Agar seseorang dapat belajar dengan semangat harus mengusahakan kesehatannya terjamin dengan baik
2)    Cacat tubuh
Cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang menyandang cacat, belajarnya juga akan terganggu.
b)    Faktor psikologi
       Orang yang keadaan jiwanya tenang dan gembira maka akan berdampak pula pada sikap dan perbuatannya.
c)    Faktor kelelahan (jasmani dan rohani)
     Kelelahan jasmani misalnya lemah lunglai, tubuh lemas. Sedangkan lelah rohani seperti kelesuan, kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2.    Faktor ekstern terdiri dari :
a)    Faktor keluarga yang meliputi :
1)   Cara orangtua mendidik
      Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, orangtua acuh tak acuh terhadap belajar anak, tidak memperhatikan kepentingan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya.
2)    Relasi antar anggota
      Relasi yang terpenting adalah relasi antara orangtua dan anaknya. Selain itu juga relasi dengan anggota keluarga lain pun juga mempengaruhi belajar anak. Wujud realisasi itu misalnya hubungan yang penuh dengan kasih sayang dan kehangatan atau diliputi oleh kebencian, sikap acuh tak acuh.
3)   Suasana rumah
      Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan tidak teratur tidak akan memberikan ketenangan pada anak yang belajar. Suasana yang tegang, ribut dan sering cekcok atau pertengkaran antar anggota keluarga dengan keluarga lain menyebabkan anak bosan di rumah dan akibatnya menjadi kacau. Begitu juga suasana rumah yang bising dengan radio, tape recorder atau telivisi pada waktu belajar akan mengganggu belajar anak. Agar anak dapat belajar dengan baik maka perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.
4)    Pengertian orangtua
      Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orangtua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Jika anak mengalami lelah semangat, maka orangtua bertanggungjawab memberikan pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak.
5)    Latar belakang budaya
      Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan baik dalam belajar agar mendorong semangat belajar anak
b)    Faktor sekolah yang meliputi :
1)    Metode pengajaran
       Metode mengajar guru yang kurang akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Ini terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga keterangan guru menjadi kurang jelas dan akibatnya siswa menjadi malas belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar diusahakan tepat, efisien dan efektif
2)    Kurikulum
      Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan sekolah kepada siswa. Kegiatn itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi minat belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
3)   Relasi guru dengan siswa
     Relasi guru dan siswa yang baik akan membuat siswa menyukai guru dan juga mata pelajaran yang diberikan. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
4)   Relasi siswa dengan siswa
     Menciptakan relasi yang baik antar siswa perlu diadakan agar daapt memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa
5)    Disiplin sekolah
       Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/ karyawan, gedung sekolah, kedisiplinan kepala sekolah dan lain-lain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Agar siswa disiplin, haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
6)   Alat pelajaran
     Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan melancarkan penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya lebih giat.
c)    Faktor masyarakat
      Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan dalam masyarakat.
1)    Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa terlalu banyak ambil bagian adlam kegiatan masyarakat akan terganggu belajarnya. Lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu. Perlu kiranya membatasi siswa dalam bermasyarakat.
2)   Media massa
      Media massa yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya begitupun sebaliknya. Apabila media massa yang buruk akan mempengaruhi siswa dalam belajarnya.
3)   Teman bergaul
     Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar siswa mempunyai teman bergaul yang baik. Pembinaan pergaulan yang baik seperti pengawasan dari orangtua maupun pendidik harus cukup bijaksana.
4)   Bentuk kehidupan masyarakat
    Kehidupan masyarakat di sekitas siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang tidak terpelajar akan berpengaruh jelek terhadap anak yang belajar di lingkungan tersebut. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang terpelajar, baik-baik, antusias dengan cita-citanya, maka anak terpengaruh dengan apa yang ada disekitarnya.
Syukur (1996) menyatakan bahwa faktor intern merupakan kecenderungan seseorang untuk berhubungan dengan aktifitas itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih aktifitas tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan orang tertentu.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang berhubungan dengan minat itu sendiri dengan minat yang lebih mendasar dan faktor dari luar individu yang berkaitan dengan lingkungan.
2.3.3    Aspek-aspek Minat Belajar
Safari (2003) mengemukakan terdapat beberapa aspek minat belajar yaitu :
1.    Perasaan senang
      Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
2.    Ketertarikan
      Ketertarikan berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang di rangsang oleh kegiatan itu sendiri.
3.   Perhatian
      Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
4.   Keterlibatan
      Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
Menurut Endriani (2011) mengemukakan bahwa untuk melihat minat belajar seseorang dapat dilihat dari aspek-aspekya, yaitu :
1.   Rajin dalam belajar
    Rajin adalah seseorang yang selalu berusaha dengan giata secara terus-menerus di dalam belajarnya.
2.   Tekun dalam belajar
      Ketekunan adalah seseorang yang bersungguh-sungguh di dalam belajar demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
3.   Rapi dalam mengerjakan tugas
    Rapi dalam mengerjakan tugas adalah siswa yang bersih, teratur dalam mengerjakan tugas pelajaran yang diberikan.
4.   Memiliki jadwal belajar
     Memiliki jadwal belajar adalah siswa memiliki pembagian waktu belajar berdasarkan urutan pelajaran disekolahnya masing-masing.
           Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan aspek minat belajar terdiri dari perasaan senang, ketertarikan, perhatian dalam belajar, rajin dalam belajar, tekun dalam belajar, memiliki jadwal belajar serta keterlibatan seseorang dalam kegiatan belajar.
2.3.4    Ciri-ciri Minat Belajar
         Menurut Slameto (2010), siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.  Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.
2.    Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3.    Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasaan pada sesuatu yang diminati.
4.    Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktifitas-aktifitas yang diminati.
5.    Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.
6.    Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktifitas dan kegiatan.
            Sementara Hurlock (1993) mengatakan bahwa ciri-ciri minat belajar sebagai berikut :
1)       Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
2)       Minat bergantung pada kesiapan belajar.
3)       Minat bergantung pada kesempatan belajar.
4)       Perkembangan minat mungkin terbatas.
5)       Minat diperbaharui pengaruh budaya.
6)       Minat berbobot emosional.
7)       Minat itu egosentris.
            Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memperhatikan, rasa suka dan senang, kebanggaan melalui partisipasi pada aktifitas dan kegiatan.

2.3.5. Hubungan Minat Belajar Dengan Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi           

         Disiplin belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan mahasiswa untuk melakukan aktifitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan peraturan-peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan tertulis maupun tidak tertulis antara mahasiswa dengan dosen di kampus maupun dengan orangtua di rumah dengan tujuan agar setiap individu memiliki disiplin jangka panjang, yaitu disiplin yang tidak hanya didasarkan pada kepatuhan pada aturan, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu ciri kedewasaan individu.
          Slameto (2010) mengungkapkan kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan diantaranya pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas. Minat dan kebiasaan memiliki arti penting dalam meningkatkan ataupun menurunnya prestasi belajar. Pencapaian siswa dalam sesuatu mata pelajaran adalah bergantung kepada minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat merupakan faktor yang menentukan tercapainya tujuan beajar. Karena dengan adanya minat untuk belajar dalam diri siswa akan memudahkan guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Dan siswa yang memiliki kebiasaan belaja cenderung hidup dengan penuh disiplin dan tanggung-jawab dalam setiap tindakan belajarnya untuk mencapai prestasi dan hasil belajar yang tinggi.
          Menurut Nasution (2000) belajar sebagai perubahan kelakukan berkat pengalaman dan latihan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa belajar adalah berusahan memperoleh kepandaian, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan belajar, tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik.