Belajar Membuat Dan Memodifikasi Blog

Karya Terbesar Seseorang Adalah Dapat Mengetahui Sesuatu Yang Tidak Diketahui Orang Lain.

Pengetahuan Itu Baik Adanya

Setiap Pengetahuan Yang Kita Peroleh Akan Sangat Bermanfaat Di Suatu Hari Nanti Dan Dapat Menghasilkan Uang.

Karya Penegak Hukum Sesungguhnya

Hukum Hanya Dapat Berjalan Sebagaimana Mestinya Bila Penegak Hukum Tersebut Memiliki Hati Nurani.

Penegakkan Hukum

Hukum dan Kebenaran Hasus Ditegakkan Oleh Penegak Hukum

Hukum Panglima Tertinggi.

Bagaimanapun Seseorang Susah Mencari Dan Memperoleh Keadilan, Akan Tetapi Pada Akhirnya Diperoleh Kemenangan.

SELAMAT DATANG DI BLOG SASITO. BLOG YANG MENYAJIKAN CARA MEMBUAT DAN MEMODIFIKASI BLOG
INGATLAH !! PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH HARI INI AKAN MEMPUNYAI MANFAAT YANG BESAR DI SUATU HARI NANTI.

Rabu, 28 Desember 2016

FALSAFAH BEKERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


FALSAFAH BEKERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


FALSAFAH BEKERJA DALAM PERSPEKTIF KRISTEN


FALSAFAH BEKERJA DALAM PERSPEKTIF KRISTEN


Senin, 31 Oktober 2016

Fakta Hukum

Menganalisis kinerja penegak hukum
Bagaimana menurut Anda yang melihat video rekaman  dibawah ini :






Kemudian bandingkan isi gugatan berikut ini :

Selanjutnya lihat laporan ini

Kemudian analisis apakah kinerja penegak hukum telah menjalankan tugas sebagaimana mestinya.

Selasa, 02 Agustus 2016

Contoh Jawaban Tergugat PHK

Berikut ini contoh jawaban tergugat PHK dari gugatan yang diajukan penggugat di PHK yang disalin kembali dalam perkara gugatan PHI agar pekerja yang di PHK dapat mengetahuinya :


JAWABAN
PERKARA PERDATA NO : 66/G/2012/PHI.MDN

antara

Pdt. Paulus Subyanto,S.Th sebagai...................................................................Tergugat;

melawan

Saut Djosua H. Sitorus, SE sebagai .................................................................Penggugat;

Dengan hormat,
Tergugat melalui kuasanya, Kantor Hukum Burhan Sidabariba dan Rekan, sesuai dengan surat kuasa tertanggal 28 September 2012 (terlampir dalam berkas) dengan ini mengajukan jawaban atas Gugatan Perselisihan Hubungan Industrial tanggal 18 September 2012, sebagai berikut :
  1. Tergugat menolak seluruh dalil-dalil gugatan perselisihan hubungan industrial Penggugat tanggal 18 September 2012, kecuali hal-hal yang secara tegas dan diakui dan dibenarkan Tergugat dalam persidangan;------------------------------
  2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh Penggugat di dalam gugatannya pada halaman 1 poin 1 merupakan pernyataan yang tidak mengandung arti dan makna apa-apa  dan Penggugat kelihatannya tidak mampu mempergunakan tata bahasa yang berarturan dan santun sehingga pernyataan itu haruslah ditolak seluruhnya;------
  3. Bahwa apa yang dikemukakan oleh Penggugat pada gugatannya halaman 2 poin 1 dalam provisi Pasal 155 ayat (2) UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi (kami kutip selengkapnya) : "Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya", sehingga dengan demikian Penggugat masih menerima hak-hak sebagai pekerja, pernyataan Penggugat ini tidaklah benar, tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 155 ayat (2) UU Ketenagakerjaaan itu sendiri dimana pengusaha maupun pekerja/buruh harus melaksanakan kewajibannya sampai adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial bukan masih menerima hak-hak sebagai pekerja, dengan kata lain seseorang dapat memperoleh haknya sebagai pekerja apabila pekerja itu masih melaksanakan kewajibannya/pekerjaannya, dengan tidak adanya lagi pelaksanaan kewajiban oleh Penggugat sebagai pekerja/buruh maka hak-hak Penggugat tidaklah lagi dapat diperoleh dari Tergugat sebagai Pengusaha;------------------
  4. Bahwa tuntutan pembayaran upah/gaji yang dimintakan Penggugat dengan rincian yang terdapat dalam gugatannya adalah sangat tidak beralasan dan tidak mempunyai dasar hukum sehingga permintaan pembayaran gaji/upah haruslah ditolak untuk seluruhnya;--------------------------------
  5. Bahwa permintaan Penggugat agar putusan dalam perkara ini dapat dijalankan dengan serta merta (uitvoerbaar bij voorrad) adalah tidak mempunyai dasar hukum sama sekali dan permintaan itu bertentangan dengan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No.3 tahun 2000 tanggal 21 Juli 2000 tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil jo. Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 4 tahun 2001 tanggal 20 Agustus 2001 tentang Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil;--------------------------------------
  6. Bahwa seluruh pernyataan yang dikemukakan Penggugat dalam gugatannya pada halaman 2 dan 3 dalam pokok perkara poin 1 a s/d e merupakan pernyataan yang bohong belaka dan mengada-ada yang dibuat oleh Penggugat dimana sebelum Tergugat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan Penggugat, Penggugat sama halnya dengan guru-guru, staff, pegawai lainnya diperlakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Negara Republik Indonesia serta Peraturan dan Ketentuan yang dijalankan tersebut telah diketahui dan disetujui oleh Dinas Pendidikan sehingga kronologis yang diuraikan oleh Penggugat tersebut haruslah ditolak seluruhnya;----------------------------
  7. Bahwa terjadinya pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat disebabkan oleh karena perbuatan Penggugat yangn sering merugikan Perguruan Kristen Methodist Indonesia-2 diantaranya beberapa bulan terakhir sebelum dilakukan pemutusan hubungan kerja tanggal 15 Desember 2011 Penggugat masuk kerja dan mengabsen pada jam 06.50 WIB dan setelah selesai itu Penggugat tidak lagi berada di ruang kerjanya tanpa ijin dan sepengetahuan pimpinan lalu kemudian beberapa menit menjelang waktu pulang pada jama 16.00 WIB Pengggugat baru kembali keruangannya, Penggugat tidak disiplin, melanggar aturan dan bertindak sewenang-wenang sehingga perbuatan tersebut adalah jelas-jelas sangat merugikan Perguruan Kristen Methodist Indonesia-2 yang dipimpin oleh Tergugat;---------
  8. Bahwa Penggugat sama sekali tidak ada dasar hukum yang cukup kuat dan jelas untuk menyatakan Tergugat telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 151 ayat (3), Pasal 155 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 161 ayat (1), karena pemutusan hubungan kerja yang dilaksanakan Tergugat telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yakni Tergugat pernah memberikan peringatan/teguran secara lisan dan tulisan serta memberi kesempatan kepada Penggugat untuk memperbaiki kinerjanya dan melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku di Perguruan Kristen Methodist Indonesia-2 namun Penggugat tetap melakukan kesalahan dan pelangaran;----------------------------
  9. Bahwa Penggugat karena kesalahan dan pelanggaran yang diperbuatnya tersebut pernah menandatangani surat pernyataan tertanggal 05 Oktober 2010 yang isinya menyatakan bahwa Penggugat selaku Pegawai tata usaha akan melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku di Perguruan Kristen Methodist Indonesia-2, akan tetapi Penggugat tetap tidak ada perubahan menuju baik dan tetap melanggar peraturan dan bahkan pernah menuduh Tergugat dan Pimpinan Gereja Mehtodist Indonesia telah bertindak sewenang-wenang kepada Penggugat dan mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Medan yang mana Penggugat tersebut ditolak untuk seluruhnya maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa Penggugatlah yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak mempunyai itikad dalam membina hubungan dengan sesama rekan sekerjanya dan tidak melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik sehingga dasar hukum yang digunakan Penggugat dalam gugatannya pada halaman 3 poin 3 a, Pasal 151 ayat (3), b. Pasal 155 ayat (1), (2). (3), c. Pasal 161 ayat (1) haruslah ditolak untuk seluruhnya;--------------------
  10. Bahwa pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat dimaksudkan agar kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan oleh Penggugat yang merugikan Perguruan Kristen Methodist Indonesia -2 tidak terulang lagi sehingga pemutusan hubungan kerja tersebut bukanlah suatu pelanggaran, dengan demikian permintaan Penggugat untuk dipekerjakan kembali pada posisi yang sama di PKMI-2 Medan oleh Tergugat haruslah ditolak karena tidak mempunyai dasar hukum;--------------------------------------------------------------------------------------
  11. Bahwa Tergugat sebagai warga negara Indonesia yang baik dan sebagai Pimpinan Perguruan Kristen Methodist Indonesia - 2 memiliki perilaku yang baik dan memimpin Perguruan Kristen Methodist Indonesia-2 dengan baik pula sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang mengaturnya serta sesuai degan Disiplin Gereja Methodist Indonesia Tahun 2005 maka Tergugat sama sekali tidak pernah melakukan tindakan melawan hukum seperti yang dituduhkan oleh Penggugat dan sama sekali tidak pernah merugikan hak serta kepentingan Penggugat akan tetapi sebaliknya Penggugatlah yang telah banyak melakukan kesalahan dan pelanggaran dalam jabatannya sebagai Pegawai Tata Usaha di Perguruan Kristen Methodist Indonesia -2 sehingga banyak menimbulkan kerugian kepada Tergugat antara lain sebagai berikut :
    1. Tidak memakai seragam sekolah pada saat jam kerja;---------------
    2. Masuk kerja jam 06.50 wib dan setelah itu pergi keluar lingkungan sekolah tanpa ijin pimpinan dan kemudian beberapa menit menjelang pulang sekolah jam 16.00 wib kembali ke kantor dan selesai itu pulang;------------------------
    3. Menerima biaya pembuatan kartu NUPTK 66 orang Guru-guru SMP/SMA Methodist-2 sebesar Rp.15.000/orang yang diterima oleh Penggugat dariBapak E.C. Damanik dan Bapak L.F.E.E Sibarani akan tetapi kartu dimaksud tidak pernah diserahkan oleh Penggugat kepada guru-guru tersebut, padahal persyaratan pengurusan kartu NUPTK tersebut di Dinas Pendidikan tidak memerlukan tanda tangan dari Tergugat I;-------------
    4. Menerima biaya administrasi Rp.25.000/orang dari 24 orang guru-guru untuk proses pengurusan bantuan Gubernur yang ditujukan untuk guru-guru setiap tahunnya yang dikutip oleh Bapak S. Aritonang dan selanjutnya diserahkan kepada Penggugat. (Penjelasan ini sekaligus memperjelas tentang dana bantuan Gubernur kepada guru-guru, bukan dana Bos).----------------------
    5. Bahwa Penggugat di dalam pergaulan sehari-harinya tidak dapat memberikan contoh yang baik diantaranya Penggugat tidak dapat bekerjasama dengan pegawai yang lain termasuk dengan rekan sekerjanya di bagian tata usaha sehingga tidak memberi contoh untuk anak didik;------------
    Dengan adanya kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh Penggugat sebagaimana diuraikan diatas maka Tergugatlah yang telah mengalami kerugian dan Penggugat terbukti dengan nyata-nyata telah melakukan perbuatan melawan hukum sehingga permohonan Penggugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.200.000,- per harinya haruslah ditolak seluruhnya;-------------
  12. Bahwa Penggugat (Sdr. Saut Sitorus) juga telah pernah mengajukan gugatan terhadap Tergugat di Pengadilan Negeri Medan dengan register perkara No. 577/Pdt.G/2011/PN.Mdn tertanggal 18 Nopember 2011 dan perbaikan gugatan Penggugat tertanggal 16 Desember 2011 dan atas perkara perdata No. 577/Pdt.G/2011/PN.Mdn telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) pada tanggal 05 Juni 2012 yang amar putusannya sebagai berikut :
    MENGADILI :
    I. DALAM KONPENSI :
    • Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
    II. DALAM REKONPENSI
    • Menolak gugatan Penggugat I dan Penggugat II untuk seluruhnya
    III. DALAM KONPENSI / REKONPENSI :
    • Menghukum Penggugat dalam konpensi/Tergugat dalam Rekonpensi untuk membayar biaya perkara yang timbul sebesar Rp.251.000,- (dua ratus lima puluh satu ribu rupiah) .
      Bahwa dengan adanya putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri tersebut maka kami mohonkan Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial yang memeriksa perkara ini dapat menjadikan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri tersebut sebagai pertimbangan hukum nantinya dalam memutuskan perkara perselisihan hubungan industrial ini;
  13. Bahwa dengan demikian juga tidak terbukti Tergugat melakukan perbuatan sewenang-wenang dan perbuatan melawan hukum karena suatu perbuatan dikatakan memiliki unsur Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad) dapat dijelaskan sebagaimana yang terdapat dalam :  Buku “Perbuatan Melawan Hukum, Pendekatan Kontemporer karangan DR. Munir Fuady, SH. MH, LLM terbitan PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005 halaman 10 yang menyatakan bahwa suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
    1. Adanya suatu perbuatan
    2. Perbuatan tersebut melawan hukum
    3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku
    4. Adanya kerugian bagi korban
    5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.
    Buku Rosa Agustina dalam bukunya : “Perbuatan Melawan Hukum”,M.A Moegni Djojodirdjo dalam bukunya : “Het Nederlandsch Verbintenissenrecht”dan berdasarkan ketentuan Pasal 1356 KUHPerdata, maka pada hakekatnya anasir atau unsur-unsur Perbuatan Melawan hukum mencakup :
    1. Harusnya adanya suatu perbuatan
    2. Perbuatan itu harus melawan hukum
    3. Adanya kesalahan dari pihak sipelaku
    4. Ada kerugian
    5. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian.
    Jadi jelas terlihat bahwa perbuatan Tergugat tidak memenuhi unsur-unsur tersebut di atas sehingga gugatan Penggugat haruslah ditolak seluruhnya;--------
    Bahwa berdasarkan uraian-uraian dan argumentasi hukum sebagaimana telah dikemukakan di atas adalah patut dan adil jika gugatan Penggugat karena tidak berdasarkan hukum haruslah ditolak untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Onvantkelijke Verklaard) dan membebankan kepada Penggugat segala ongkos–ongkos yang timbul dalam perkara ini;--------

    Terima kasih.
    Medan, 22 Oktober 2012
    Hormat Tergugat/Kuasanya,
    Kantor Hukum Burhan Sidabariba & Rekan,
                      dto                                                dto                                     dto
    Burhan Sidabariba,SH,MH             Fransiska Simbolon,SH            Dian Natalie, SH
    Untuk mendownloadnya, Anda dapat mengambilnya Disini.

Kinerja Penegak Hukum Dalam Penegakan Hukum

Melihat dari judul di atas, timbul pertanyaan yang sering kita dengar yaitu : "Apakah penegak hukum telah menjalankan tugasnya dalam hal penegakan hukum ?" Melihat kenyataan dari fenomena yang terjadi selama ini diketahui melalui media massa bahwa penegak hukum belum maksimal menjalankan tugasnya dalam hal penegakan hukum di Indonesia. Tidak maksimalnya penegakan hukum dalam penegakan hukum, tentu ada yang mendasarinya atau ada faktor-faktor yang mempengaruhi.
Menurut para ahli hukum, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegak hukum tidak menjalankan tugasnya dengan maksimal. Keberhasilan proses perlindungan dan penegakan hukum tidaklah semata-mata menyangkut ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto (2002) sangat tergantung pula dari beberapa faktor, antara lain:

1.   Hukumnya
Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara, dan undang-undang dibuat haruslah menurut ketentuan yang mengatur kewenangan pembuatan undang-undang sebagaimana diatur dalam konstitusi negara serta undang-undang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang tersebut diberlakukan.
2.   Penegak hukum
Yakni pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam bidang penegakan hukum. Penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peranannya masing-masing yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas tersebut dilakukan dengan mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga menjadi panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk semua anggota masyarakat. Masyarakat, yakni masyarakat lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Maksudnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta mentaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Sarana atau fasilitas`tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Ketersediaan sarana dan fasilitas yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegakan hukum.
3.   Kebudayaan
Yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.
Fenomena yang terjadi dalam hal penegakan hukum yang kita lihat melalui media massa, tidak maksimalnya penegak hukum disebabkan karena penegak hukumnya dan secara tidak langsung didukung dari masyarakat itu sendiri. Pada masa kini masih banyak ditemukan masyarakat yang tidak memahami hukum yang berlaku. Namun hal itu tidak dapat dijadikan sebagai dasar tidak berjalannya hukum. Bila penegak hukum melaksanakan penegakan hukum dengan baik dan benar sesuai dengan hukum yang berlaku, maka masyarakat yang tidak mengerti hukumpun bukan menjadi alasan terhambatnya penegakan hukum itu sendiri.
Sering kita melihat atau mendengar semboyan atau tulisan bahwa penegak hukum merupakan pelayan masyarakat dalam penegakan hukum. Namun bila kita melihat fenomena yang sering terjadi, sepertinya itu hanya merupakan retorika saja. Sebagai contoh adanya penegak hukum yang tidak menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum seperti Jaksa yang menangani perkara, ternyata terlibat tindak pidana, begitu juga seorang Hakim yang menangani perkara di Mahkamah Konstitusi ternyata sebagai otak terjadinya tindak pidana dan kemudian seorang Pati Kepolisian juga melakukan tindak pidana. Semuanya itu merupakan bagian dari institusi penegak hukum. Ketiga kasus tersebut menjadi "hit" dikalangan masyarakat karena menjadi sorotan media massa. Namun bagaimana apabila suatu perkara tidak menjadi sorotan publik?
Dari kenyataan yang dialami penulis, maka penegakan hukum belum berjalan sebagaimana mestinya dan bagi penulis mempunyai pikiran bahwa ada penyebab dan penyebabnya tersebut perlu ditelusuri lebih mendalam yang tentunya diperlukan suatu kesabaran yang tinggi untuk mencari keadilan terhadap penegakan hukum tersebut di mata hukum.
Berdasarkan hal tersebut, pada kesempatan ini saya memohon kepada para blogger, untuk memberikan pendapat terhadap pertanyaan dibawah ini serta komentarnya. Apa yang menjadi penyebab penegak hukum tidak menjalankan tugasnya dalam penegakan hukum di Indonesia?
1.  Biasanya dari logika berpikir adalah terindikasi suap.
2.  Pengetahuan penegak hukum tentang hukum yang berlaku sangat kurang
3.  Tidak tahu

DAFTAR PUSTAKA
Soekanto,Soerjono. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Rajawali Pers.

Martumpol Dohot Marpudun Saut

Oleh : Saut D.H. Sitorus, SE
MARTUMPOL
Martumpol lapatanna marpadan di jolo ni Huria dohot dijolo ni na torop, ala naeng manjalo pasu-pasu parbagason ma pangoli dohot boru muli.Ndang apala sude Huria patupahon partumpolon. Na deba holan mandaftar natoras ni pangoli dohot natoras ni boru muli tu kantor ni gereja na, dungi diting-tinghon Huria ima di parmingguon na mangihut. Di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di partumpolon i di patupa do kebaktian na jempek, somalna di botari manang di parnangkok ni mata ni ari. Molo di parserahan on sai dipatupa do i di parnangkok ni mata ni ari, alana di uduti do i annon tu na marhata sinamot. Jadwal martumpol di patupa do i sada manang dua minggu andorang so manjalo pasu-pasu di Huria.
Dung sidung martumpol diting-tinghon Huria diparmingguon na mangihut dua hali marturut-­turut (ting-ting parjolo dohot ting-ting paduahon). Alai olo do holan sahali tingting, ala mamereng tingki, manang ala ni pangoli manang boru muli ingkon borhat tugas tu ruar kota. Lapatan ni diting-tinghon di Huria, ima songon boa-boa patariashon huhut mangalehon tingki tu ruas i, atik beha adong na keberatan di sangkap na naeng marbagas i, misalna ala adong dope bogasna manang janji ni pangoli manang boru muli tu halak na asing. Ia ulaon martumpol on ulaon Huria do i ndang tarmasuk on ulaon adat.
Marhata Sinamot
Sinamot ima songon ringgit si tio soara (uang tunai), mas, pinahan (ternak) sipasahaton ni paranak tu parboru di ulaon pangolihon anak/pamuli boru. Alana na jolo di Bona Pasogit sinamot ndang sae holan marrupahon ringgit sitio soara (uang tunai), alai ingkon sai di tambai dope i dohot angka barang na arga songon: mas, perak, horbo, hoda manang lombu. Alai ianggo nuaeng on tarlumobi diparserahan di pasada gabe hepeng. Sinamot on ma na nidok ni parboru, songon tuhor ni boru. Di Toba somalna ulaon unjuk i (pesta) di patupa do di alaman/huta ni paranak (didok ma i taruhon jual). Jadi sinamot na ni lehon ni paranak i polin doi tu parboru lapatanna ndang di bahen i tu na mosok (biaya pesta). I do alana ianggo na jolo di na pamuli boru, sai na maruntung do parboru molo binereng sian segi materi. Alai di tingki saonari on tung pe ulaon i di alaman ni paranak, pihak parboru nunga ingkon manamba i tu haporluon pamulihon ni boruna, lumobi molo ulaon unjuk i di alaman ni parboru (dialap jual). Misalna laho melengkapi pahean dohot perhiasan ni boruna i, ndang hea be tuk sian sinamoti, baliksa manamba i dope parboru laho mangalehon tu suhi ni ampang na opat dohot tu tulang ni hela, ima songon tintin marangkup.
Catatan : Na nidokna suhi ni ampang na opat ima :
a. Pamarai. ima haha manang anggi ni natoras parboru i.
b. Sijalo bara/simolohon ima iboto ni boru muli
c. Namboru manang pariban ni boru muli.(upa parorot)
d. Tulang ni boru muli ( si jalo todoan )
Di parserahan on, somalna manghatai taringot tu sinamot, dipatupa do i dung sidung martumpol, ima di bagas ni parboru i, jala di goari ma ulaon i marpudun saut. Dison nunga dipasahat paranak patujolo ni sinamot tu parboru, sebagian besar, hira-hira saotiknai ma sian sinamot i na so dipasahat, manang ditinggalhon. Marpudun saut lapatanna saut ma ulaon i, jala sude naung ni hataan ni angka natua-tua ndang bo i be munggil-unggil. Molo adong na mangose bo i do gabe mardando. Di ulaon marhata sinamot nunga tangkas sude ditaringoti sahat tu ulaon unjuk, songon na padasiphon panghataion angka naung di hata i ditingki na marhusip. Ndang mardalan pinggan panungkunan di namarpudun saut manang di namarhata sinamot, jala todoan tu suhi ni ampang na opat somalna ndang dipasahat dope disi. Ia ulaon marhata sinamot nunga sipata gabe ulaon na balga, lumobi molo ulaon unjuk di ari na naeng ro on (na naeng sipatupaon na), antar dao sian huta ni parboru, misalna di luar ni propinsi, alana hira disi ma parboru laho manjalo singirna. Sasintongna di na marhata sinamot, bo i do sesuaihonon tu torop ni na ginokhonna, lapatanna bo i do hula-hula i sada manang dua ripe sian paranak songon i nang sian parboru (hula-hula. tangkas / na solhot).
Fungsi ni hula-hula di na marhata sinamot ima, songon na menyaksihon dohot maniroi ulaon i, atik tung adong panghataion diantara pihak paranak dohot parboru na so mardomu. Bona tulang, tulang rorobot, hula-hula ni haha anggi dohot hula-hula anak manjae ndang pola sada kewajiban ingkon ro manang parsidohot di na marhata sinamot, alana ndang adong dope panghataion disi na porlu sahat tu nasida. Torop ni paranak di na marhata sinamot i, boi ma hira-hira 15 tu 20 ripe songon i nang torop ni parboru. Denggan do parsidohot 2-3 ripe dongan sahuta sian nadua bola pihak.
Partording ni Namarhata Sinamot
Di ari naung binuhul, ro ma paranak mamboan indahan na las dohot na marmiak­miak (rap dohot na margoarna). Parboru pe tong paradehon sipanganon manamba i na binoan ni paranak i, ima songon indahan na las, lompan (jagal manuk / rambingan, dengke dohot sayur manambai na binoan ni paranak i). Alana molo holan sipanganon na binoan ni paranak i olo do ndang cukup i. Molo di parserahan, marhata sinamot dipatupa do i dung sidung martumpol. Nasomal (di Toba) molo di tingki na naeng marhata sinamot dung sahat rombongan ni paranak tu alaman ni parboru, laho ma sahalak boru ni paranak i paboahon naung sahat nasida, huhut manungkun manang naung rade parboru i, manjanghon haroro nasida. Dung rade parboru i masuk ma rombongan ni paranak i tu bagas ni parboru i huhut mamboan sipanganon na binoan ni nasida i jala dipeakhon ma diatas meja. Dung masijalangan jala renta parhundul ni nasida, sahalak sian natua-tua (hira songon protokol) sian paranak manghatahon taringot tu sipanganon na binoan ni nasida.
HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Di hamu hula-hula nami (didok ma marga ni hula-hula i). Dison ro do hami marnatampak na mardongan tubu dohot boru nami songoni nang hula-hula dohot Tulang nami, mandapothon hamu. Mauliate ma di Amanta Debata Pardenggan Basa i, ala hipas do hamu dapot nami suang songoni nang hami pamoruon muna ro mandapothon hamu. Siala las ni roha nami huboan hami do sipanganon na tabo. Botima. Sahalak sian natua-tua ni parboru mangalusi. Tar songonon ma didok :

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Di hamu Pamoruon nami raja…. (didok ma marga ni paranak i) dohot disude uduran muna. Mauliate ma tutu tadok tu Amanta Debata ala hipas do hamu ro mandapothon hami tu bagas nami on, suang songoni nang hami hipas dapot muna. Songon nanidok muna i, di boan hamu sipanganon na tabo si palas roha nami, mauliate ma di hamu” Dungi, disuru parboru i ma boruna laho paturehon huhut paradehon sipanganon. Laos dohot ma boru ni paranak i paradehon sipanganon i. Dung singkop diparadehon sipanganon i, dipasahat ma tudu-tudu sipanganon tu jolo ni suhut parboru. Tar songon on ma partonding na.

Mamboan Tudu-Tudu Sipanganon

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Di hamu hula-hula nami (didok ma marga ni hula-hula i). Dison ro do hami mamboan tudu-tudu sipanganon na tabo asa anggiat dibagasan las ni roha muna hula-hula nami dibagas na marampang marjual on , songon hatani natua-tua na mandok :
Sititi ma sigompa, golang-golang pangarahutna 
Otik sosadia tudu-tudu sipanganon na tupa, 
Sai Tuhanta na mangalehon pasu-pasuna. Botima Rajanami. 

Dung sidung dipasahat tudu-tudu sipanganon tu suhut parboru, ro ma muse suhut parboru mamboan dengke tu jolo ni suhut paranak.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Di hamu pamoruon nami, nunga dipasahat hamu tudu-tudu sipanganon tu hami. Hami pe sian hula-hula muna pasahaton dengke sahat, dengke simudur-mudur, pangidoan nami tu Amanta Debata asa tongtong ma hamu sahat tu pangidoan muna. Songon hata ni natuatua mandok :
Sititi ma sigompa, golang-golang pangarahutna 
Tung songon i dengke sahat na tupa, 
Sai Tuhanta na mangalehon pasu-pasuna. Botima

Marsipanganon
          Ala paranak do na ro mamboan sipanganon laos nasida ma na mamboan tangiang mangan. Dung sidung marsipanganon di uduti ma muse tu na marbagi jambar. Tar songon on ma parbagian ni parjambaran (songon usul dope on)
Jambar tu paranak :
Sambola na marngingi hambirang.
Satonga osang  Dua soit
Satonga rusuk (Panamboli)
Jambar tu parboru:
Sambola na marngingi siamun
Satonga osang
Dua soit
Satonga Rusuk (Somba-somba)
Ihur - ihur tu suhut parboru.
        Alai na somal di pangarantoan on, osang ndang dibola, jambar tu parboru do i sude, ala marningot hita tu adat sian luat na asing, ia osang dipasahat nasida do i tu hula-hulana, jadi alani do umbahen ni usulhon asa dibagi dua ma osang i, parsiamun ma tu par boru, parhambirang tu paranak.
Catatan : molo marhata sinamot ndang dope didok jambar na gok (lengkap)

Masisisean
         Anggo na jolo somal do masisisean na mardongan tubu (pihak paranak songon i nang pihak parboru) masirenggetan didok goarna, dung i pe asa parboru manise / manungkun paranak tarsingot tu sintuhu ni indahan masak dohot di haroro ni paranak i. Alai ala manghabit tingki, langsung nama pihak parboru manungkun pihak paranak. Tar songon on ma partording ni na masisisean, molo di parserahan on.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
Manghatai ma hita amang boru. Parjolo ma tapasahat mandok mauliate tu Amanta Debata, ala asi dohot holong ni rohaNa, na mangiring-iring hita saluhutna sian ingananta be, ro tu bagas na marampang na marjual on, sigomgom pangisina dibagasan hahipason dohot las ni roha do hita nuaeng. Ia nunga hundul hita di atas ni amak tiar, sai tiar ma tutu panggabean, tiar parhorasan di hita on saluhut na. (molo di gedung jala pake kursi, didokma; ia nunga hundul hita di kursi na hot, sai hot ma panggabean songoni nang parhorason di hita on saluhutna) Nunga tutu bosur hita mangan, sagat marlompan juhut, dohot minum aek sitio-tio, sai pamurnas ma i tu daging, saudara tu bohi, sipaneang holi-holi ma i jala sipasindak panaili. Didok hata ni natuatua Raja ni boru :
Sai jolo ni nangnang do asa ni nungnung, 
Sai jolo pinangan do asa sinungkun. 
Antong dia ma langkatna, dia ma unokna, dia ma hatana, dia ma nidokna di sipanganon na pinasahatmuna, na bo i begeon ni sipareon jala na bo i peopon ni roha, songon hatani natua-tua na mandok :
Sandema ninna sige di bungkulan ni sopo, 
Bangko ni hata do manise, 
Molo so apala tangkas dope binoto. 
Antong alusi hamu Raja ni pamoruon nami.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :


Dihamu raja ni hula-hula nami, andorang so hu alusi hami sungkun-sungkun ni Raja i, parjolo ma tutu ta pasahat hamauliateon ni rohanta tu Amanta Debata Pardenggan basa i, ala asi dohot holong ni rohaNa, na mangiring-iring hita saluhutna ro tu bagas na marsangap na martua on, di bagasan hahipason jala di bagasan las ni roha do hita sude. Nuaeng alusan nami ma tutu sungkun-sungkun ni Raja i. Ima tutu Raja nami, gabe ma hita angkup ni na horas, pasu-pasu on ni Amanta Debata. Ia nunga hundul hita tutu di atas ni amak tiar, sai tiar ma panggabean tiar ma nang parhorasan di hita on saluhutna, songoni nang tu joloan ni ari on. Di huhuasi ni si panganon na hupatupa hami, gabe ma Raja nami na taula i, asa adong habosurhononta, jala sinur ma pinahan na tapahan i asa adong hasagathononta. Ia nunga dipaboa hamu naung bosur mangan indahan las, jala sagat marlompan juhut, sai pamurnas ma i tutu tu daging saudara tu bohi, sipasindak panaili ma i sipaneang holi-holi di hita on saluhut na. Asa songon hata ni natua-tua ma dohonon :


Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Otik so sadia pe na tupa, sai godang ma pinasuna

Raja nami, ia sintuhu ni sipanganon na hupatupa hami , panggabean parhorasan do raja nami.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Ima tutu Raja ni pamoruon nami, nunga manise hami, mangalusi hamu, panggabean parhorasan do hape hata ni sipanganon na pinasahat hamu pamoruon nami.
Asa bagot na marhalto ma na niagatan di robean.
Horas ma amanta Raja dohot Inanta Soripada na manganhon,
Sai tamba ma hamoraon di hamu pamoruon nami na mangalean.
Hauma ni parsambilan ninna jonok tu pargadongan,
Sai martamba-tamba ma dihamu angka parsaulian
Mardapot-dapot nang angka pansamotan.
Alai raja ni boru, adong do hata ni natua-tua na mandok:
Asa hundul songon anian, jongjong songon pangurgasan,
Asa tangkas hita dapot parsaulian songoni nang di parhorasan,
Marangkup do ninna na uli, mardongan do na denggan,
Siangkupna songon na hundul, siudurna songon na mardalan,
Asa tangkas ma tutu uju ni purba tumangkasan dompak angkola,
Asa tangkas ma hita maduma jala tumangkasan ma nang hita mamora.
Antong di hamu pamoruon nami, angkup ni hata nauli dohot na denggan, sitangkas ni panggabean dohot parhorasan, tung denggan ma di paboa Raja ni pamoruon nami.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Ima tutu Raja ni hula-hula nami, ia marpanungkun ma Raja i di siangkupna songon na hundul, siudurna songon na mardalan, sitangkas ni panggabean dohot parhorason, paboaon ma tutu Raja nami, ia di bulan na salpu i laho do anak nami mardalani tu huta muna on. Pajumpang bohi ma ibana dohot boru ni Raja i, manghata i jala martarombo, gabe masibotoan ma nasida, na marboru ni tulang do hape anak nami tu boru ni Raja i. Dung piga-piga hali pajumpang jala manghata i Raja nami, tubu ma holong di nasida jala masiunduhan hata laho mamungka pardongan saripeon na imbaru. Tudos tu tona ni natua-tua namandok :
Denggan ma bulu godang, denggan bahen hite-hite
Molo adong anak manang boru magodang, denggan ma asa hot ripe
Ala ni i Raja nami, na manomba ma hami parjolo, asa janghon hamu nian anak nami on laho gabe hela muna. Alai raja nami, di haroro nami ditingkion tong do parjolo hami marsamtabi raja nami, alana molo mangasahon sibahenon do Raja nami, tung so bolas dope hami nian mandapothon hamu. Alai, ala tangkas do diboto hami, na burju marianakhon do hamu Raja nami, i do umbahen na hubaranihon hami ro mandapothon hamu, molo tung siat pangidoan nami, laos ditingkion ma nian hami laho pasahathon somba ni uhum, somba ni adat  tu hamu Raja nami. Songon hatani natua-tua na mandok uli otik godang so sadia. Jadi olat ni na tarpatupa jala tarbahen hami, raja nami, ditingkion ma nian sombahonon nami somba nia adat dohot uhum tu hamu Raja nami. Jadi ima songon angkup ni panggabean dohot parhorasan, na bo i pasahaton nami tu hamu Raja nami. Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Ima tutu di hamu pamoruon nami. Nunga tangkas di paboa hamu, disiangkupna songon na hundul, sidongan songon na mardalan, angkup ni panggabean dohot parhorasan di ulaonta sadarion. Jala toho do songon na nidok mu na i, adong do tona ni natua-tua na mandok,  
Balga ninna anak pangolihononhon, 
Balga ninna boru pahutaon
Nunga masiunduhan hata tutu boru nami didok hamu dohot anak muna, ima nanaeng mamungka pardongan saripeon na imbaru. Nang hami pe, dohonon nami do, sai rongkap na gabe, rongkap na sarimatua ma boru nami dohot anak muna tu joloan ni ari on. Asa anggiat ma nasida masibar songon ambalang, marrongkap songon tuak, jala tong-tong sada nasida songon daion mual. Asa nuaeng pe songon ni dok ni natua-tua ma dohonon nami :
Nunga pitu lili nami Paualu jugian nami, 
Nunga uli nipinami ala nunga ro hamu manggohi hajut nami. 
Jadi nuaeng pe raja ni pamoruon nami, songon dia ma sinamot na naeng pasahaton muna tu hami hula-hula muna, asa botoon nami mangarade puro nami laho inganan na. Ai tangkas do huboto hami,
Pat ni gaja do tu pat ni hora, 
Anak ni raja do hamu, 
Pahompu ni namora 
Ai tung na malo do hamu, jala sigodang boto-botoan. Jadi on pe Raja ni pamoruon nami, angka dia ma sipasahaton muna sian na hugoari hami nangkin, na gabe sinamot ni boru nami. Hatahon hamu sian i.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Di hamu Raja hula-hula nami. Ia taringot tu somba ni uhum, somba ni adat songon sinamot ni boru ni Raja i, ima godang na Rp.  _______ Juta.
Jadi pangidoan dohot elek-elek nami tu hamu Raja i tung ringgit sitio soara i ma sipasahaton nami tu hamu. Jala molo tung bo i nang pangidoan nami Rambu pinudun ma Raja nami Sinamot na naeng sipasahaton nami. Alai andorang so huhatahon hami, mangido ditingki ma hami asa jolo masisungkunan hami dohot dongan tubu nami, dongan sahuta, boru, songoni nang di namangido paniroion sian hula-hula nami.


Di hita na mardongan tubu dohot di hamu boru, bere, ibebere, songoni nang tu hamu dongan sahuta, tarlumobi di hamu hula-hula nami. Pinangido do tingki tu raja i, asa jolo masialapan hata hita, masiajar-ajaran, jala asa jolo sada hata ma hita nian, di na laho pasahat somba ni uhum, somba ni adat tu raja i, jadi songonon ma na boi pasahaton nami tu hita saluhutna :
Parjolo, ia ulaon na naeng ro on ba taruhon jual ma, di hita ma bolahan amak, na paduahon: ia sinamot na naeng sipasahaton tu raja i, ringgit sitio soarai ma, rambu pinudun, jala molo bo i pangidoan asa sisahali mangelekkon ma hita tu raja i di hata ni sinamot na naeng sipasahatonta, jadi songoni ma konsep na hupasahat hami asa jolo tangkas ma ajari jala tambor-tambori hamu hami. Mauliate. Hata on parjolo ma hupasahat hami tu hita na mardongan tubu. Dongan tubu (ni paranak) Di hamu parsinabung nami. Tangkas do hupaihut-ihut hami aha na pinasahat muna tu hami. Na manggogohon na ma hami nuaeng di pangidoanta tu hula-hula i Raja i….. (dipaboa marga di hula-hulai) asa rade roha ni ra ja i, sisahali manombahon, sisahali mangelekhon ma hita di sinamot ni boru ni Raja i. Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Nuaeng hupasahat ma tu hamu, boru, bere dohot ibebere

Boru / Bere/ibebere ( ni paranak) : 
Mauliate ma di hula-hula nami na mangalehon tingki di hami di ulaonta sadarion. Ia sian hami boru songoni nang bere muna na dohot do hami mangelek-elek hula-hula ni hula-hula nami naung di tariashon hamu nangkin. Sipanolopi ma hami di angka sangkap nauli dohot na denggan sian hula-hula nami. Botima.
HATA PARSINAMBUNG PARANAK : 
Hupasahat ma muse tu hamu dongan sahuta
Dongan sahuta : 
Mauliate ma, nang hami pe sian dongan sahuta, sipanolopi ma hami, asa si sahali mangelekhon ma hita tutu di sinamot ni boru ni Raja i, Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK : 
Nuaeng hupasahat ma muse tu hamu hula-hula nami, ajari jala tambor-tambori hamu hami
Hula-hula ( ni paranak) :
Mauliate ma tadok tu Amanta Pardenggan Basa i, ala na dohot do Ibana paniroi di ulaonta sadarion. Jala tu hamu marga . . . . (laos di jouhon ma marga ni suhut paranak) dohonon nami ma, songon dia ma na denggan na boi tarbahen hamu tu hula-hula muna, ima ulahon hamu, alana adong do hatani natua-tua namandok:
Ndada ala ni godangna, umbahen na nieahan 
Ndada ala ni otikna umbahen na ni tinggalhon 
Sai sahat ma panggabean, sahat parhorasan di hita on saluhutna. Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK : 
Mauliatema di hamu raja ni dongan tubu, boru, bere, ibebere, songoni nang dihamu raja ni dongan sahuta, lumobi ma tu hamu raja ni hula-hula nami, nungga tutu satolop hita di napasahat sinamot ni boru ni Raja i, asa si sahali mangelekkon hita, jala ringgit sitio soara i ma ta pasahat tu Raja i. Jadi nuaeng pe di hamu Raja ni Hula-hula nami, nunga dibege hamu ia hami na mardongan tubu, boru, bere, ibebere, nang hami na mardongan sahuta, suang songoni di na hujalo hami panuturion sian hula-hula nami, naung sada hata hami, ima : Parjolo ma dohonon nami ia ulaon na naeng ro on taruhon jual ma, di hami ma bolahan amak. Jala somba ni uhum, somba ni adat na naeng si pasahaton nami tu hamu songon sinamot ni boru ni Raja i, ringgit sitio soara ima, rambu pinudun, jala sisahali mangelekkon ma hami Raja nami, laho pasahathon sinamot ni boru ni raja i tu hamu, songon hata ni tangiang, songoni ma jolo hata nami tu hamu Raja nami. Botima.
Catatan : taringot tu sisahali mangelekkon, denggan do jolo marhusip laho mambuat kesepakatan, parsinabung ni Paranak dohot Parsinabung ni Parboru, unang adong na mulak-ulak tu bona muse.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
Jadi di hamu Raja ni pamoruon nami, nunga tutu dipasahat hamu pangidoan muna tu hami, antong nang hami pe, lehon hamu ma jolo tingki di hami, asa masisungkunan nang hami na mardongan tubu, boru, bere dohot dongan sahuta nami, tarlumobi di paniroion ni hula-hula nami. Jadi on pe di hita na mardongan tubu, boru, bere/ibebere songon i nang hamu dongan sahuta, lumobi di hamu horong ni hula-hula nami. Nunga rap marbinege hita di pangidoan ni Raja ni pamoruonta apala di tingki on. Didok nasida ia taringot tu sinamot sipasahaton nasida, ringgit sitio soara ma jala sisahali mangelekhon / sisahali manombahon. Jala ulaon i taruhon jual. Songon dia ma alusta tu pamoruonta. Parjolo hupasahat hami tu dongan tubu. Dongan tubu (ni parboru) Di hamu parsinabung nami. Nunga tangkas hupaihut-ihut hami panghataion muna dohot Rajani pamoruonta. Songon dia naung di hatahon hamu. Laos songoni ma nang hata nami sian dongan tubu. Sisada hata ma hita. Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
Hupasahat hami ma muse tu boru, bere, ibebere Boru (ni parboru) : Parjolo ma hupasahat hami hamuliateon ni roha nami di hamu Raja ni hula-hula nami naung pasahathon panghataion on tu hami pamoruon muna dohot horong bere muna. Ia taringot tu elek-elek ni pariban nami di sinamot na naeng sipasahaton nasida tu hamu Raja ni hula-hula nami, ba songon dia ma naung dihatai hamu, ianggo hami sian pamoruon muna, dohot bere muna, satolop ma hami di sude angka nauli dohot na denggan. Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
Hupasahat hami ma muse tu hamu raja ni dongan sahuta
Dongan Sahuta (ni parboru) :
Horas jala gabe ma di hita sasudena, lumobi di hamu suhut nami. Mauliate ma pinasahat tu hamu suhut nami ala di pajagar hamu panghataion on tu hami dongan sahuta muna. Nunga hubege hami panghataion muna na masipaolo-oloan jala masipaune-unean taringot tu sinamot ni borunta. Ianggo hami dongan sahuta, sipanolopi na uli na denggan ma. Songon hata ni natuatua, dohonon nami :
Aek godang, tu aek laut Dos ni roha, sibaen na saut. Botima.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
Nuaeng hupasahat hami ma muse tu hamu raja ni hula-hula nami
Hula - hula ( ni parboru) :
Parjolo mauliate godang hupasahat hami tu hamu pamoruon nami ala di pasahat hamu panghataion tu hami laho maniroi hamu. Taringot tu pangidoan ni Raja ni pamoruan muna, nunga masialusan hamu songon ogung na uli jala tangkas do i hupaihut-­ihut hami di ulaonta sadarion. Jadi songon dia ma naung ni tolopan muna anggo sian hami horong ni hula­hula muna manolopi ma hami, asa dapot hamu ma songon nidok ni natua-tua na mandok :
Balintang ma pagabe, Tumundalhon sitadoan Ari muna ma gabe, 
Ai nunga denggan hamu hubege hami masipaolo-oloan. 
Amporik marlipik, onggung marbabang 
Gabe do parsinamot na otik, gabe do nang parsinamot na godang. Botima
HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
On pe di hamu Raja ni pamoruon nami. Nunga satolop hami na mardongan tubu, boru/bere dohot dongan sahuta nami tarlumobi hula-hula nami taringot tu pangidoan muna na sahali mangelekhon hamu di sinamot ni boru nami. Alai porlu do hatahonon nami na dibagasan roha nami tu hamu, songon hata ni natua-tua namandok :
Ia marasar ma aili, sai ditarui bulung singkoru 
Naeng ma sihar ma panaili, laho manjalo tuhor ni boru 
Ndang pola be ra dohonongku, angka aha na solot di ate-ate, dohot na gompang di pusu-pusu, asa mangkilala ma hamu, songon dia nuaeng na dibagasan roha nami. Antong hatahon hamu ma manang na sadia pasahatonmuna sinamot ni boru nami.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK : 
Mauliate ma Raja nami. Tung tangkas do huantusi hami na dibagasan rohamu na i, alai Raja nami songon hata ni natua-tua nang dohonon nami: Sai tuginjang ninna porda, sai tu toru parbar-baran Sai naeng do nian di didok roha hatop mamora, Alai hapogoson dope didok sibaran. Dipangidoan muna i, tangkas do huantusi hami, songon hata ni natua-tua na mandok :
Ni durung ma situma, laos dapot pora-pora 
Molo buas do tu hula-hula, pintor hatop do iba mamora 
Alai Raja nami, songon hata ni natua-tua na mandok :
Sai ni luluan do tandok, alai na dapot parindahanan 
Tolap do pamangan mandok raja nami, alai ndang tolap jamaon ni tangan. 
Molo tung songon dia pe Raja nami na tolap hami godang ni sinamot sipasahaton nami, uli ma roha ni hamu raja ni hula-hula nami. Jadi pasahaton nami ma sinamot ni boru ni Raja i Rp …………. , rambu pinudun Raja nami, jala si rambe manis. Naung disima talina, jala disi dohot rompuna naung disima daina, disi dohot holpuna. Botima Raja nami.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU : 
Hamu Raja ni pamoruon nami, didok hamu sinamot Rp, …………. rambu pinudun, sirambe manis. Adong do hata ni natua-tua namandok :
Marmutik ma simarlasuma mardompakkon mata ni ari 
Molo tung marhusor dope roha muna, manambai otik nari.
HATA PARSINAMBUNG PARANAK : 
Raja nami, hata ni natua-tua do mandok :
Ni dapot ma assosoit, tongon di tombara 
Sotung ma didok hamu hami na mangkolit Raja nami, Da silehonon do na soada. 
Uli ma rohamu manjalo sinamot ni boru ni raja i.
HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Raja ni boru, alai asing ni i, taringot todoan tu suhi ni ampang na opat ingkon tangkas do i alusan muna. ate Raja ni pamoruon nami.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Pos ma roha ni Raja i, ianggo todoan / panandaion tu suhi ni ampang na opat tangkas do i alusan nami.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Di hamu Raja ni pamoruon nami. Andorang so hugabehon hami jumolo ma husungkun hami hasuhuton nami. Ai adong do hata ni natuatua na mandok Lata pe na lata, duhut-duhut do si but-but on Hata ni Raja pinaraja, Raja ni hasuhuton do si sungkunon Jadi on pe nuaeng di hamu bona ni hasuhuton nami: Nunga tangkas di bege hamu panghataion nami dohot pamoruonta taringot tu sinamot ni borunta i. Nian tung godang do hupangido hami, alai tung songon i dope huroha na tarpatupa ni pamoruonta. Ia sinamot ni borunta na naeng sipasahaton nasida tu hita godang na Rp… rambu pinudun, sirambe manis. On pe panghataion on hupasahat hami ma tu hamu suhut nami. Hasuhuton ( ni parboru ) Di hamu Raja parsinabung nami. Nunga tung loja hamu tutu mangelek-elek Raja ni pamoruonta, didok nasida holan i nama natarpatupa nasida. On pe di hamu parsinabung nami gabehon hamu ma i.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Hamu Raja ni pamoruon nami. Ba nunga uli roha nami manjalo na nidok muna i. Sai gabe ma hita jala horas. On pe Raja ni pamoruon nami, pasahat hamu ma si namot ni boru nami, nunga rade hami manjalo.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
On pe di hamu hasuhuton nami (suhut paranak), pasahat hamu ma patujolo (bohi) ni sinamot tu Raja ni hula-hulanta. Borhat ma hasuhuton paranak i pasahathon patujolo ni sinamot i tu raja parhata/parsinabung.
(Dung sae di etong laos di dok ma hata na, godang ni patujolo ni sinamot, jala sisana (nahurang) sipasahaton mai di mata ni ulaon nanaeng ro).

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Nunga di Pasahat hamu patujolo ni sinamot ni boru nami, godangna Rp……., jala panggohi ni sinamot Rp….. pasahoton muna ma i di mata ni ulaon on.
(Dipasahat raja parhata ma bohi ni sinamot i tu suhut parboru). Di hamu suhut nami, nunga di pasahat pamoruonta bohi ni sinamot ni borunta Rp….., antong las roha mu manjalosa, sai anggiatma didongani Tuhan hamu laho manggunahon sinamot on hombar tu ringkotna, songon hata ni natuatua namandok:
Tonggi ma ninna sibahut, tabo ninna pora-pora 
Molo dung las roha ni suhut, ba las ma nang roha ni angka raja. 
(dipasahatma parsinabung ma tu inang ni boru muli)

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Jadi di hamu pamoruon nami, ia tarsingot tu todoan / panandaion tu suhi ni ampang na opat dohot tintin marangkup, di hilala roha nami pasahat hamu ma i annon di mata ni ulaon on.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Mauliate ma di hamu raja ni hula-hula nami. Taringot tu napasahathon todoan / panandaion tu suhi ni ampang na opat dohot tintin marangkup, ima di pesta unjuk na naeng ro, songon na nidok muna i, ba satolop ma hami disi.

HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Di hamu raja ni pamoruon nami. Nunga dipasahat hamu patujolo (bohi ) ni sinamot. Nuaeng pe atik adong na naeng sipangidoon muna.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK : 
Mauliate ma di hamu raja ni hula-hula nami. Ido tutu tohona. Dos do tuatna dohot nangkokna. Nangkin Raja nami nunga tahatai godang ni sinamot sipasahaton nami tu hamu, jala nunga hupasahat hami tu hamu patujolo ni sinamot. Asa on pe Raja nami pangidoan nami tung sude do hami ulosan muna. Ai huboto hami do angka nantulang i, na malo do martonun.

 HATA PARSINAMBUNG PARBORU :
Toho do i pangidoan muna i, Raja ni boru. Alai molo tung so sude pe hamu ulosan nami dohot ulos herbang ianggo ulos natinonun sadari pasahaton nami do i tu hamu sude. Ianggo di tingki on ulos herbang na naeng sipasahaton nami tu hamu ba …… lembar ma. (Didok ma godang ni ulos i). Uli ma roha muna manjalosa.

HATA PARSINAMBUNG PARANAK :
Gabe jala horas Raja nami. Mauliate ma di hamu.
Catatan : Dung sidung masisisean, jala nunga tangkas di hata i sadia godang ni sinamot dohot todoan / panandaion, tu suhi ni ampang na opat, jala nunga dipasahat patujolo ni sinamot. Somalna do i ndang pola dipasahat sude sinamot i asa adong pasahaton ni paranak tu parboru i di ulaon unjuk jala digoarimai panggohi ni sinamot.
Dung sidung i dipahantus ma muse panghataion songon naung di taringoti di na patua hata / marhori-hori dingding, manang di tingki namarhusip ima taringot tu :
  1. Tintin marangkup tu tulang ni pangoli. Sadia godang na naeng pasahathon ni nasida (sadia sian paranak sadia sian parboru i). Alai sipata holan na dua hasuhuton do namangkatai taringot di si.
  2. Pinggan panganan tu parboru dohot ulos-ulos tu paranak.
  3. Godang ni undangan ni paranak dohot parboru.
  4. Mambuhul ari (tingki) dohot manontuhon inganan (Gareja) manjalo pasu-pasu dohot (Gedung) tu pesta unjukna.
  5. Parbagian ni parjambaron di ulaon unjuk. Laho manghabit/mempersingkat waktu di ulaon unjuk unang pola be dihata i taringot tu parbagian ni jambar disi, alai di tingki na marhata sinamot i ma i dipahantus ( hira songon jambar mangihut ma di ulahon )
    Catatan : Molo jambar mangihut di Laguboti (Toba) ndang adong be di pasahat tudu-tudu ni sipanganon tu parboru di acara andorang so mangan, songon i nang parboru, ndang dipasahat nasida be dengke tu paranak, jadi langsung nama angka parhobas manang naung dipatudu hian pasahat jambar tu parboru dohot dengke tu paranak, lapatanna ndang adong be acara laho pasahat tudu-tudu ni sipanganon dohot pasahat dengke.
  6. Molo tung bo i disepakati ma di na marhata sinamot i angka panandaion namargollit, songon i nang godang ni panandaion tu parboru misalna disepakati ma150 amplop, asing ni horong ni hula-hula nasida. Songon i nang ulos-ulos tu paranak ditetaphon ma jumlahna misalna 100 Amplop, di ruar ni ragi-ragi tu horong ni hula-hula. Tujuanna laho manghabit tingki.
  7. Dohot angka na asing na mardomu tu ulaon unjuk
  8. Dung sidung panghation, di pasahat Raja parhata ni paranak ma muse tu pihak parboru laho mangunjungi ulaon. Andorang so ditutup hula-hula ulaon i, digorahon Raja parhata ni parboru ma tu suhut paranak dohot tu suhut bolon parboru, asa di lehon nasida olop-olop. Dung dipadomu (dipasada) raja parhata ni parboru olop­olop na sian paranak dohot parboru i, dilehon ma tu Raja Huta (Dongan sahuta ni suhut sesuai di alaman ni ise ulaon i). Di dok raja huta ma hatana andorang so dibagi olop-olopi.
HATA SIAN RAJA NI HUTA
Dihamu suhut nami, nunga tung tangkas pinaihut-ihut ulaonta on, tama do hita mandok mauliate tu Debata Pardenggan basa I, ala asi dohot holong ni rohaNa do, dibahen na bo i ture jala denggan mardalan ulaonta on. Saut ma tutu songon hata ni natua-tua :
Balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan,
Saut ma hita horas jala gabe ala nunga denggan hita masipaolo-oloan.
Asa Uli ma ninna porda, pandohotan ni hulamot
Sai tong-tong ma hita dapotan uli dohot las ni roha
Laos mangihut ma dohot sinamot
Simbora ma guk-guk, peak di lage-lage,
Mamora ma hita on luhut, Horas jala gabe
Asa Silallan uruk uruk tu silallan aek toba,
Nametmet ndang marungut-ungut
Na magodang sude marlas ni roha.
Laos digorahon Raja huta ma muse asa sude na torop i mandok olop- olop tolu hali huhut disaburhon boras sipir ni tondi. Marlapatan asa sude na torop i mangolophon nauli dohot na denggan, disude angka pasu-pasu na pinasahat ni angka Raja.
Dung sidung ulaon martumpol / marpudun saut, diuduti ma songon ari naung ditontuhon di pesta unjuk. Boi ma ta bereng DISON. (Klik ma)

Selasa, 19 Juli 2016

Jurnal Tesis Psikologi Pendidikan


HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA DAN MINAT BELAJAR DENGAN DISIPLIN

BELAJAR


Senin, 18 Juli 2016

Tesis Psikologi

BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Hakikat Disiplin Belajar
2.1.1.   Pengertian Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi
            Menurut Rochim (2009), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkain perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan pada Tuhan, keteraturan dan ketertiban dalam memperoleh ilmu. Sedangkan menurut Arikunto (2007), disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib di dorong oleh adanya kesadarannya yang ada pada kata hatinya.
            Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya  adalah latihan  ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan  yang berlaku dengan penuh tanggung-jawab tanpa paksaan dari siapapun (Mas’udi, 2000).
            Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berperilaku tertib dan efisien” (Kadir, 1994), sedangkan disiplin menurut Djamarah (2002) adalah “suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok”.
          Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
1.   Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahun, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2.   Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3.   Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (Sagala, 2007).
          Pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2010) yakni “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa “agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan”. Sedangkan Witherington (dalam Purwanto, 2007) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu perintah”.
      Sementara itu Nuryanto (1987) menyatakan bahwa “disiplin belajar adalah predis posisi (kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung-jawab terhadap tugas dan kewajiban”. Sedangkan menurut Arikunto (2007) mengartikan disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib di dorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
       Jika dimengerti tentang disiplin tersebut menyebabkan orang menjadi tertekan, beku tidak mempunyai insiatif dan menimbulkan efek yang negatif, bagi perkembangan jiwa anak. Bahkan ada yang menganggap bahwa disiplin belajar sebagai suatu proses dan latihan belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan, seseorang telah dikatakan berhasil mempelajari atau ia berhasil mengikuti dengan sendirinya proses disiplin tersebut.
        Maman Rachman (1998) mengemukakan bahwa disiplin pada hakikatnya adalah “pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menuaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan”. Hal ini sejalan dengan pendapat Anoraga (2006) disiplin adalah “suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang penting yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan”.
        Di sisi lain, mikrobiologi merupakan salah satu mata kuliah yang di pelajari di berbagai akademi farmasi dengan bobot 3 SKS yang membahas prinsip-prinsip mikrobiologi, pengamatan mikroba, metabolisme, nutrisi dan media, pertumbuhan, pengendalian pertumbuhan, genetika mikroba, Prokaryota, Eukaryota dan virus, mikrobiologi lingkungan dan mikrobiologi industri. Standar kompetensinya adalah setelah mahasiswa mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan peranan mikroorganisme dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi adalah suatu sikap, perbuatan atau kepatuhan seseorang dengan penuh kesadaran dalam setiap kegiatan belajar untuk mentaati tata-tertib atau peraturan-peraturan yang berlaku dengan dilandasi penuh tanggung-jawab agar tercipta proses belajar yang baik pada mata kuliah mikrobiologi.
2.1.2.    Indikator Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi
Untuk mengukur tingkat disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi diperlukan indikator-indikator mengenai disiplin belajar tersebut. Hurlock (1999) berpendapat bahwa indikator disiplin belajar meliputi :
1.    Mempunyai rencana atau jadwal belajar
2.    Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung
3.    Ketaatan dan keteraturan dalam belajar
4.    Perhatian terhadap materi pelajaran
Sementara itu Moenir (2010) mengemukakan bahwa indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu :
1.    Disiplin waktu, meliputi :
a)  Tepat waktu dalam belajar, mencakup datan dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai di rumah dan di sekolah tepat waktu.
b)   Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran
c)    Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
2.    Disiplin perbuatan, meliputi :
a)   Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku
b)   Tidak malas belajar
c)   Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
d)   Tidak suka berbohong
e)   Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa indikator disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi terdiri dari disiplin waktu yang meliputi tepat  waktu dalam belajar, menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan sebagainya serta disiplin perbuatan yang meliputi aspek kepribadiannya seperti tidak malas dan sebagainya.
2.13.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi
         Slameto (2010) mengemukakan bahwa “agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan”. Keaktifan siswa dalam belajar adalah manifestasi dari persepsi positif siswa, sehingga keaktifan merupakan faktor utama agar pembelajaran berhasil dan prestasi belajar siswa meningkat. Di dalam kedisiplinan terhadap belajar, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari pendapat Slameto tersebut dapat diartikan bahwa disiplin turut berpengaruh terhadap prestasi belajar sehingga bila siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar, maka akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pula demikian sebaliknya bila siswa tidak memiliki disiplin belajar yang tinggi maka prestasi belajarnapun akan rendah.
        Pendapat Suryabrata (2011) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
1.    Faktor ekstrinsik, terdiri dari :
a)    Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar.
b)    Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
2.    Faktor intrinsik, terdiri dari “
a)    Faktro psikologi, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi dan kemampuan kognitif.
b)   Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang di derita.
Sementara pendapat lain sebagaimana Slameto (2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1.    Faktor intern, terdiri dari :
a)    Faktor jasmaniah yang meliputi : kesehatan, cacat tubuh
b)  Faktor psikologi yang meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan.
2.    Faktor ekstern terdiri dari :
a)    Faktor keluarga yang meliputi : cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga,           suasana  rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan.
b)   Faktor sekolah yang meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
3.    Faktor masyarakat, terdiri dari : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Menurut Gunarsa (1986) bahwa “proses disiplin belajar di lalui seseorang melalui tahapan latihan atau belajar. Disiplin belajar awalnya memang berat tapi bila kita sudah berhasil mempelajari atau berlatih, kita akan dapat mengikuti dengan sendirinya tanpa merasa tertekan”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi adalah faktor intern yang meliputi jasmaniah, psikologis, kelelahan dan faktor ekstern yang meliputi keluarga, sekolah.
2.1.4.    Fungsi Dan Tujuan Disiplin Belajar
Fungsi utama disiplin belajar adalah mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mentaati peraturan berkaitan dengan hal tersebut di atas menerangkan sebagai berikut :
1)    Menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenal hak milik orang lain.
2)  Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan merasa mengerti larangan-larangan
3)   Mengerti tingkah laku yang baik dan tidak baik
4)   Belajar mengendalikan diri, keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman.
5)    Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain (Singgih, 1987).
Lebih lanjut Gunarsa (1987) berpendapat bahwa tujuan dari kedisiplinan belajar adalah sebagai berikut :
1)    Dengan kedisiplinan belajar anak mampu menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial
2)   Dengan adanya kedisiplinan anak mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban belajarnya dan merasa mengerti larangan-larangan.
3)    Kedisiplinan belajar mengarahkan anak pada tingkah laku yang baik.
4)   Dengan kedisiplinan belajar, anak mampu mengendalikan diri dalam belajar, kesadaran dalam belajar tanpa menunggu perintah atau takut mendapat hukuman dari orangtua karena melalaikan belajar.
5)   Kedisiplinan belajar membuat anak menjadi teratur dan sadar menjalankan kewajibannya untuk belajar tanpa peringatan dari orang lain.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan fungsi dan tujuan disiplin belajar adalah mengjar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mentaati peraturan untuk menanamkan pendidikan kedisiplinan pada anak untuk menumbuhkan dan mengembangkan pengertian-pengertian yang berasal dari luar serta merupakan proses untuk melatih serta mengajarkan anak bersikap dan bertingkah laku sesuai harapan.
2.1.5.    Perkembangan Disiplin Belajar
Telah diketahui bahwa perkembangan disiplin belajar anak bukan merupakan sesuatu yang terjadi kebetulan melainkan membutuhkan waktu cukup lama untuk berkembang. Perkembangan disiplin belajar akan berjalan seiring melaksanakan tugasnya dan tanggungjawabnya sebagai mahasiswa sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.
Menurut Gunarsa (1987) mengungkapkan bahwa ada lima tahapan disiplin belajar, yaitu :
1)    Pada tahapan pertama disiplin belajar dimulai seseorang untuk menghindari hukuman.
2)  Pada perkembangan tahap kedua, disiplin belajar diwujudkan hanya untuk membuat atau mendapatkan imbalan
3)   Pada tahap ketiga, disiplin belajar dijalankan demi displin belajar atau aturan itu sendiri.
4)  Pada tahap keempat, disiplin belaja diterapkan berdasarkan kesadaran bahwa untuk hidup bermasyarakat perlu mengikuti peraturan yang dilandasi oleh kepentingan pribadi atau kepentingan perorangan.
5)   Pada tahap kelima, tahapan disiplin belajar ini dianggap tahapan yang paling tinggi atau sempurna diantara yang lain dimana sikap disiplin belajar sudah diwujudkan oleh kebutuhan informasi dari dalam diri sendiri,
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan perkembangan disiplin belajar adalah menghindari hukuman, membuat atau mendapatkan imbalan, kesadaran, kebutuhan informasi dari dalam diri sendiri.
2.2       Hakikat Persepsi
2.2.1    Pengertian Persepsi Mahasiswa
Menurut Winardi (2000), mengemukakan bahwa : “persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai fakta dan metode untuk mengornganisasikan stimulus yang mungkin kita hadapi di lingkungan kita”.
Sementara Rakhmat (2005) menyatkan bahwa “persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyampaikan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi terhadap objek yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin belajar pada mata kuliah mikrobiologi.
Menurut Kalangie, dkk (1994), reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus / rangsangan dapat terjadi dalam bentuk :
1.       Receiving/attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala / rangsangan.
2.      Responding / jawaban yaitu reaksi yang diberikan terhadap seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.
3.       Valuating/ penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhdap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.
4.     Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas nilai yang dimiliki termasuk tentang nilai dan organisasi sistem nilai.
5.    Karakteristik nilai/ internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
Menurut Stephen (2001), “persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar dapat memberikan makna pada lingkungan mereka. Persepsi orang timbul disebabkan oleh faktor yang mempengaruhinya, misalnya pengamatan terhadap suatu kejadian tertentu oleh alat indera”. Sedangkan menurut Walgito (2003), “persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu-individu melalui alat reseptornya”.
Widayatun  (2002)  menjelaskan  bahwa pertama terjadinya persepsi adalah   karena   adanya  objek  atau  stimulus  yang  merangsang  untuk ditangkap oleh panca indera lalu dibawa ke otak. Dari otak terjadi “kesan” atau jawaban (respone) yang dibalikkan ke indera kembali berupa “tanggapan berupa pengalaman hasil pengolahan otak. Proses terjadinya persepsi ini perlu perhatian (attention).
Padminingrum dan Widiyanti (2005) menyatakan bahwa “terbentuknya persepsi tidak lepas dari pengalamana dan pembelajaran masa lalu kit yang berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Faktor lain yang mempengaruhi proses terbentuknya persepsi seseorang yaitu umur, gender, agama, ekonomi dan sosial budaya”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa adalah proses mahasiswa mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar dapat memberikan makna pada lingkungan sekitarnya.
2.2.2.    Indikator Persepsi Mahasiswa
Walgito (1990) mengungkapkan bahwa persepsi memiliki indikator-indikator, yaitu :
1.       Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.
Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan pengecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama.
2.       Pengertian atau pemahaman
Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).
3.       Penilaian atau evaluasi
Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.
Menurut Walgito (2003), ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar individu dapat mengadakan persepsi, yaitu :
1.       Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera dan dapat datang dari dalam langsung mengenai syaraf penerima (sensorik) yang bekerja sebagai reseptor.
2.       Alat indera atau reseptor
Merupakan alat untuk menerima stimulus, selain itu harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh reseptor.
3.       Perhatian
Untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu pencapaian dalam mengadakan persepsi.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa indikator persepsi mahasiswa yaitu penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar, pengertian atau pemahaman, penilaian atau evaluasi pada diri mahasiswa.
2.2.3    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa
Menurut Robbins (2001) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah :
a.        Pihak pelaku persepsi (perceiver)
Seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi diantaranya adalah sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan
b.       Objek atau target yang dipersepsikan
Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran dan atribut-atribut dan lainnya dari target membentuk cara kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan target dengan luar belakangnya mempengaruhi persepsi.
c.        Situasi
Pentingnya bagi kita melihat konteks objek atau peristiwa, unsur-unsur lingkungana sekitar mempengaruhi persepsi kita. Situasi mempengaruhi persepsi kita. Waktu dimana suatu objek atau peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor situasional. Konteks objek atau peristiwa tersebut dapat berupa sikap keteraturan yang ditunjukkan dalam bentuk disiplin seseorang untuk mencapai sesuatu yang dipersepsikan.
      Selanjutnya Toha (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
1)     Faktor internal meliputi perasaan, sikap dan kepribadian individu yang sering dinyatakan dalam disiplin, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi.
2)    Faktor eksternal meliputi latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.
Berdasarkan pengertian dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa adalah pihak pelaku persepsi, objek atau target yang dipersepsikan, situasi.
2.2.4    Hubungan Persepsi Mahasiswa Dengan Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi

         Walgito (2002) berpendapat bahwa “persepsi merupakan faktor yang menentukan terbentuknya sikap atau perilaku individu. Tingkah laku dalam bentuk kedisiplinan dan penyesuaian diri ditentukan oleh faktor persepsi. Persepsi adalah tanggapan individu yang diawali oleh penginderaan, pengorganisasian, pengintegrasian dan penginterpretasian secara terpadu yang bersifa individual terhadap stimulus yang diterima oleh panca indera”. Tingkah laku dalam bentuk kedisiplinan dan penyesuaian diri tersebut dapat diartikan dalam kedisiplinan dan penyesuaian diri siswa dalam belajar agar siswa tersebut memperoleh hasil belajar yang diinginkan bersama.
            Lebih lanjut Ahmadi (1991) mengungkapkan bahwa “kemampuan manajemen kelas terhadap belajar akan membentuk persepsi siswa terhadap belajar sekaligus menumbuhkan pola dan sikap mereka terhadap belajar itu sendiri”. Sikap siswa tersebut dapat ditunjukkan melalui kedisiplinan dalam belajar. Bila persepsi siswa terhadap mata kuliah mikrobiologi tersebut negatif, maka dampak yang timbul dalam belajar tersebut menghasilkan disiplin belajar yang rendah. Hal ini senada dari pendapat Wijaya dan Rusyan (1994) yang menyatakan bahwa “disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam hati seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana telah ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku dalam keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan”.
          Persepsi dan belajar menurut Prawiradilaga (2004) menyatakan bahwa “proses belajar tanpa memperhatikan siapa yang belajar, materi, lokasi, jenjang pendidikan atau usia belajar selalu dipengaruhi oleh persepsi peserta didik. Persepsi memang jarang disinggung dalam tulisan terkait dalam proses belajar. Padahal cara berpikir, minat atau potensi dapat berkembang dengan baik jika seseorang memiliki persepsi yang memadai. Tujuan belajar sebenarnya adalah mengembangkan persepsi kemudian mewujudkannya menjadi kemampuan-kemampuan yang tercermin dalam cara berpikir (kognitif), bekerja motorik, serta bersikap”. Jadi persepsi seseorang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi inderanya yang disebabkan karena penerimaan informasi yang diperolehnya dari suatu objek yaitu disiplin belajar. Mahasiswa akan memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran terhadap objek yaitu disiplin belajar apabila memiliki persepsi yang baik pula pada disiplin belajar.
          Menurut Dworetzki (dalam Yatimah, sdkk, 2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “kualitas disiplin belajar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru mereka, banyak dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran siswa terhadap tugas-tugas dari guru mereka. Demikian kualitas kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru-guru mereka banyak dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap tugas-tugas tersebut. Persepsi merupakan kemampuan memahami objek di lingkungan individu atau sekolompok orang yang akhirnya akan menumbuhkan kesadaran pada diri individu atau kelompok orang itu untuk memaknai objek tersebut”.
         Hurlock (2008) menegaskan kembali akan pentingnya pemberian disiplin yang konsisten. Disiplin yang konsisten diberikan belum tentu menjadi hal yang menyenangkan bagi individu penerimanya. Persepsi dari individu tersebut akan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam penerimaan mahasiswa terhadap disiplin belajar. Hal ini dipertegas oleh Lindgren, dkk (1996) bahwa pendekatan kognitif menyatkan perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahaman mereka terhadap situasi yang dikaitkan dengan tujuan. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan.
2.3       Konsep Minat Belajar
2.3.1    Pengertian Minat Belajar
        Minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan belajar mahasiswa. Mahasiswa yang menaruh minat pada suatu bidang tertentu, maka akan berusaha lebih keras dalam menekuni bidang tersebut dibanding mahasiswa yang tidak menaruh minat.
          Djamarah (2008) mengemukakan bahwa “minat belajar adalah sesuatu penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar. Seseorang yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu”. Sementara itu Syah (2006) menyatakan bahwa minat belajar adalah “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai”. Pendapat Sabri (1995) mengungkapkan bahwa “minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaaan senag, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu”.
        Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan yang mengarhkan seseorang terhadap bidang-bidang yang ia sukai dan ditekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, kedisiplinan, apresiasi, logika berpikir, komunikasi dan kretivitas.
2.3.2    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
            Gunarsa (1980) mengatakan bahwa “minat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor dari dalam (intern) seperti rasa senang/tertarik (gembira, semangat), perhatian (ketertarikan, intensitas frekuensi dan persepsi (kesan positif, pemahaman)
2.   Faktor dari luar (ekstern) lingkungan (masyarakat, keluarga, sekolah) dan sistem pengajaran (materi pembelajaran, metode).
Menurut Slameto (2003) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam belajar seorang siswa yaitu :
1.    Faktor intern yang meliputi :
a)    Faktor jasmani, yaitu :
1)    Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatan orang tersebut terganggu, selain itu juga cepat lelah, tidak bersemangat dan sebagainya. Agar seseorang dapat belajar dengan semangat harus mengusahakan kesehatannya terjamin dengan baik
2)    Cacat tubuh
Cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang menyandang cacat, belajarnya juga akan terganggu.
b)    Faktor psikologi
       Orang yang keadaan jiwanya tenang dan gembira maka akan berdampak pula pada sikap dan perbuatannya.
c)    Faktor kelelahan (jasmani dan rohani)
     Kelelahan jasmani misalnya lemah lunglai, tubuh lemas. Sedangkan lelah rohani seperti kelesuan, kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2.    Faktor ekstern terdiri dari :
a)    Faktor keluarga yang meliputi :
1)   Cara orangtua mendidik
      Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, orangtua acuh tak acuh terhadap belajar anak, tidak memperhatikan kepentingan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya.
2)    Relasi antar anggota
      Relasi yang terpenting adalah relasi antara orangtua dan anaknya. Selain itu juga relasi dengan anggota keluarga lain pun juga mempengaruhi belajar anak. Wujud realisasi itu misalnya hubungan yang penuh dengan kasih sayang dan kehangatan atau diliputi oleh kebencian, sikap acuh tak acuh.
3)   Suasana rumah
      Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan tidak teratur tidak akan memberikan ketenangan pada anak yang belajar. Suasana yang tegang, ribut dan sering cekcok atau pertengkaran antar anggota keluarga dengan keluarga lain menyebabkan anak bosan di rumah dan akibatnya menjadi kacau. Begitu juga suasana rumah yang bising dengan radio, tape recorder atau telivisi pada waktu belajar akan mengganggu belajar anak. Agar anak dapat belajar dengan baik maka perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.
4)    Pengertian orangtua
      Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orangtua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Jika anak mengalami lelah semangat, maka orangtua bertanggungjawab memberikan pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak.
5)    Latar belakang budaya
      Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan baik dalam belajar agar mendorong semangat belajar anak
b)    Faktor sekolah yang meliputi :
1)    Metode pengajaran
       Metode mengajar guru yang kurang akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Ini terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga keterangan guru menjadi kurang jelas dan akibatnya siswa menjadi malas belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar diusahakan tepat, efisien dan efektif
2)    Kurikulum
      Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan sekolah kepada siswa. Kegiatn itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi minat belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
3)   Relasi guru dengan siswa
     Relasi guru dan siswa yang baik akan membuat siswa menyukai guru dan juga mata pelajaran yang diberikan. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
4)   Relasi siswa dengan siswa
     Menciptakan relasi yang baik antar siswa perlu diadakan agar daapt memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa
5)    Disiplin sekolah
       Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/ karyawan, gedung sekolah, kedisiplinan kepala sekolah dan lain-lain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Agar siswa disiplin, haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
6)   Alat pelajaran
     Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan melancarkan penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya lebih giat.
c)    Faktor masyarakat
      Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan dalam masyarakat.
1)    Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa terlalu banyak ambil bagian adlam kegiatan masyarakat akan terganggu belajarnya. Lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu. Perlu kiranya membatasi siswa dalam bermasyarakat.
2)   Media massa
      Media massa yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya begitupun sebaliknya. Apabila media massa yang buruk akan mempengaruhi siswa dalam belajarnya.
3)   Teman bergaul
     Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar siswa mempunyai teman bergaul yang baik. Pembinaan pergaulan yang baik seperti pengawasan dari orangtua maupun pendidik harus cukup bijaksana.
4)   Bentuk kehidupan masyarakat
    Kehidupan masyarakat di sekitas siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang tidak terpelajar akan berpengaruh jelek terhadap anak yang belajar di lingkungan tersebut. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang terpelajar, baik-baik, antusias dengan cita-citanya, maka anak terpengaruh dengan apa yang ada disekitarnya.
Syukur (1996) menyatakan bahwa faktor intern merupakan kecenderungan seseorang untuk berhubungan dengan aktifitas itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih aktifitas tersebut berdasarkan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan orang tertentu.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang berhubungan dengan minat itu sendiri dengan minat yang lebih mendasar dan faktor dari luar individu yang berkaitan dengan lingkungan.
2.3.3    Aspek-aspek Minat Belajar
Safari (2003) mengemukakan terdapat beberapa aspek minat belajar yaitu :
1.    Perasaan senang
      Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
2.    Ketertarikan
      Ketertarikan berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang di rangsang oleh kegiatan itu sendiri.
3.   Perhatian
      Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
4.   Keterlibatan
      Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
Menurut Endriani (2011) mengemukakan bahwa untuk melihat minat belajar seseorang dapat dilihat dari aspek-aspekya, yaitu :
1.   Rajin dalam belajar
    Rajin adalah seseorang yang selalu berusaha dengan giata secara terus-menerus di dalam belajarnya.
2.   Tekun dalam belajar
      Ketekunan adalah seseorang yang bersungguh-sungguh di dalam belajar demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
3.   Rapi dalam mengerjakan tugas
    Rapi dalam mengerjakan tugas adalah siswa yang bersih, teratur dalam mengerjakan tugas pelajaran yang diberikan.
4.   Memiliki jadwal belajar
     Memiliki jadwal belajar adalah siswa memiliki pembagian waktu belajar berdasarkan urutan pelajaran disekolahnya masing-masing.
           Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan aspek minat belajar terdiri dari perasaan senang, ketertarikan, perhatian dalam belajar, rajin dalam belajar, tekun dalam belajar, memiliki jadwal belajar serta keterlibatan seseorang dalam kegiatan belajar.
2.3.4    Ciri-ciri Minat Belajar
         Menurut Slameto (2010), siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.  Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.
2.    Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3.    Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasaan pada sesuatu yang diminati.
4.    Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktifitas-aktifitas yang diminati.
5.    Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.
6.    Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktifitas dan kegiatan.
            Sementara Hurlock (1993) mengatakan bahwa ciri-ciri minat belajar sebagai berikut :
1)       Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
2)       Minat bergantung pada kesiapan belajar.
3)       Minat bergantung pada kesempatan belajar.
4)       Perkembangan minat mungkin terbatas.
5)       Minat diperbaharui pengaruh budaya.
6)       Minat berbobot emosional.
7)       Minat itu egosentris.
            Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memperhatikan, rasa suka dan senang, kebanggaan melalui partisipasi pada aktifitas dan kegiatan.

2.3.5. Hubungan Minat Belajar Dengan Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi           

         Disiplin belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan mahasiswa untuk melakukan aktifitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan peraturan-peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan tertulis maupun tidak tertulis antara mahasiswa dengan dosen di kampus maupun dengan orangtua di rumah dengan tujuan agar setiap individu memiliki disiplin jangka panjang, yaitu disiplin yang tidak hanya didasarkan pada kepatuhan pada aturan, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu ciri kedewasaan individu.
          Slameto (2010) mengungkapkan kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan diantaranya pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas. Minat dan kebiasaan memiliki arti penting dalam meningkatkan ataupun menurunnya prestasi belajar. Pencapaian siswa dalam sesuatu mata pelajaran adalah bergantung kepada minat. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat merupakan faktor yang menentukan tercapainya tujuan beajar. Karena dengan adanya minat untuk belajar dalam diri siswa akan memudahkan guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Dan siswa yang memiliki kebiasaan belaja cenderung hidup dengan penuh disiplin dan tanggung-jawab dalam setiap tindakan belajarnya untuk mencapai prestasi dan hasil belajar yang tinggi.
          Menurut Nasution (2000) belajar sebagai perubahan kelakukan berkat pengalaman dan latihan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa belajar adalah berusahan memperoleh kepandaian, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan belajar, tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik.